Minggu, 21 Desember 2014

Tugas PASCA Resume IQRA: Teori dan Implikasi




IQRA: TEORI DAN IMPILIKASI
Ayat-ayat modernisasi
Detik demi detik berlalu berganti menit hingga perhelatan jam yang berdetak hingga zaman pun berubah. Pengaruh dari perubahan waktu itu menciptakan peradaban-peradaban yang cukup signifikan dalam lintas kehidupan manusia. Lahirlah berbagai paham-paham yang dianggap mampu merubah peradaban manusia, sampai saat sekarang ini serpihan-serpihan peradaban itu mampu kita rasakan sampai detik saat ini.
Apa yang terlintas dalam pemikiran kita ketika mendengarkan kata modern, modernisasi, modernism dan sebagainya? Sebelum munculnya istilah modernism, yang lebih berkembang di  Itali-Eropa adalah Reinassance yang merupakan pergerakan budaya yang sangat mempegaruhi kehidupan intelektual manusia sekitar abad ke 16. Modernism diketahui sebagai konsep yang berhubungan dengan kehidupan manusia dengan lingkungannya yang terjadi pada zaman modern.  Namun demikian, dengan jelas dapat dilihat bahwa konsep modernisasi yang multidisiplin ilmu yang terdiri seni dan sastra menunjukkan bahwa hal ini ada kaitannya dengan praktik penolakan terhadap konsep-konsep sebelumnya seperti praktik kapitalisme, sekularisme, colonialism dan sebagainya.
Modernisasi pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 merujuk pada pertumbuhan rasionalisme dan sekularisme di barat. Sekarang secara universal modernisasi merujuk pada proses pembangunan, transisi dari penyelenggaraan tatanan social, politik dan ekonomi tradisional menuju konsep penerapan prinsip-prinsip modern. Dalam bentuk kajian sosiologi, terdapat empat kecenderungan dalam menganalisis modernisasi antara lain:
1.      Empiris
2.      Universal dan komparatif
3.      Spesialisasi
4.      Mengakji proses modernisasi dan bagaimana mempercepatnya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Inkeles (1966) bahwa dalam mengukur derajat modernisasi suatu bangsa dan Negara dapat dilihat dari delapan aspek secara kolektif dalam sebuah pranata social antara lain:
1.      Menyetujui gagasan baru dan berani menguji-coba metode dan teknik baru
2.      Kesiapan menyatakan pendapat
3.      Beriorentasi pada masa kini dan mendatang daripada masa silam
4.      Menghargai ketepatan waktu
5.      Melakukan perencanaan, organisasi, dan efesiensi
6.      Melihat dunia ini sebagai hal yang dapat dikalkulasi
7.      Percaya akan sains dan teknologi
8.      Meliat pentingnya pemerataan keadilan
Ke delapan konsep tersebut di atas menjadi acuan kita bagaimana memaknai arti modernisasi. Kita harusnya menyadari bahwa apa yang kita lakukan secara kaffah tidak hanya sebagian melainkan harus disiplin. Dalam pengamatan kita, konteks yang istilahnya setengah hati inilah yang akan menimbulkan modernisasi menebar nista dan malapetaka. Alasannya masa transisi yang menjanjikan seribu ketidakpastian, dan ketidakpastian identik dengan kesewenang-wenangan.
Agama sesungguhnya diturunkan melalui rasul untuk mengatur kehidupan social. Malapetaka modernisasi yang melanda kita selama ini sesungguhnya akibat kelengahan kita mengamalkan ajaran agama. Banyak bentuk ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia memiliki manfaat yang cukup besar dan tidak lain hanya untuk manusia itu sendiri sedangkan tuhan sendiri tidak sama sekali. Seperti halnya puasa, melalui ibadah puasa, sesungguhnya rasul mengajarkan umatnya beberapa ayat modernisasi yang sejati:
Pertama, ibadah puasa adalah juga praktik ibadah umat terdahulu dan dilakukan sebagai bekal hidup setelah mati. Dengan demikian, puasa menguatkan kesinambungan historis masa lalu, kini dan masa yang akan dating.
Kedua, puasa dilakukan dengan pembatasan waktu tertentu yakni sejak terbit fajar sampai erbenamnya matahari. Kita dianjurkan untuk segera berbuka puasa tetkala matahari terbenam. Artinya rasul mengajarkan kita melakukan kegiatan tepat waktu sesuai dengan rencana.
Ketiga, selama bulan ramadhan, ganjaran ibadah dan segala kebaikan dilipatgandakan. Hikmah ini mengajarkan kepada kita untuk mampu menangkap peluang dan melakukan kalkulasi cermat untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya.
Keempat, ganjaran pelaku ibadah puasa adalah dihapuskannya segala dosa terdahulu sehingga pada setiap 1 syawal, ia memulai gagasan baru dan mencoba metode baru dalam kehidupannya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan kata lain, rasul menganjarkan kepada kita semua untuk selalu memperbarui sudut pandang dan metode kehidupan social.
Kelima, selama bulan ramadhan manusia dihimbau untuk berdoa sebanyak-banyaknya sejalan dengan getar batinnya. Hikmah ini mengajarkan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Wong kepada tuhan saja kita masih bebas berunjuk rasa, apa lagi kepada sesama manusia.
Keenam, puasa diwajibkan bagi seluruh elemen yang terkait baik dia seorang laki-laki, perempuan, pejabat,  miskin-kaya, kulit hitam-putih. Namun ada orang-orang tertentu yang diberikan konpensasi hokum, artinya, ibadah puasa mengajarkan pentingnya pemerataan keadilan demi tegaknya tatanan social masyarakat

Tujuh Ayat Pendidikan
Pentingnya pendidikan di kalangan manusia di era modern sangat menentukan tatanan social seseorang baik di mata manusia bahkan di hadapan Allah sekalipun. Pernah suatu ketika Abu Bakar bertanya mengenai ihwal pendidikan yang ditempunya. Rasul menjawab, “Allah mendidikku, maka itulah sebaik-baiknya pendidikan,” Allah pun menegaskan dalam firmannya yang tertuang dalam Q.S. Al Mujadilah Ayat 11:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dengan demikian, untuk membangun SDM yang berkualitas institusi dan cara-cara pendidikan yang diwahyukan Allah dan dilakoni Rasulullah seyogyanya dijadikan rujukan oleh para pengelola pendidikan khususnya dan umat islam pada umumnya. Sehingga terjadilah tatanan social yang memiliki kepribadian yang tinggi karena janji Allah dalam firmannya bagi orang-orang yang yang berilmu akan diangkat derajatnya seperti orang-orang yang beriman.
Demi kemaslahatan itulah, islam menegaskan kembali untuk mensyariatkan institusi puasa. Umat islam harus yakin betul bahwa berpuasa itu baik demi kesehatan secara fisik maupun psikis. Sesungguhnya dalam puasa itu ada sebilangan fungsi pendidikan antara lain.
Pertama, pentingnya basis pengetahuan empiric. Umat islam diperintahkan memulai dan mengahiri puasa setelah yakin datangnya bulan atau hilal. Artinya betapa islam mewajibkan umatnya untuk menguasai cabang ilmu falak, geografi dan astronomi. Ibadah puasa sekali lagi menguatkan kepada kita keniscayaan integrasi ilmu pengetahuan dan ritual ibadah.
Kedua, apresiasi tehadap perbedaan pendapat. Islam melihat perbedaan pendapat sebagai rahmat yang mencerdaskan. Umunya ada dua cara untuk mengetahui datangnya hilal itu: 1) melalui ru’yat atau observasi langsug yang bergantung pada visibilitas hilal atau keterlihatannya oleh mata, dan 2) melalui hisab, yakni perhitungan tanggal lewat system penanggalan baku. Karena metode yang ditempuh berbeda dan lokasi geografis yang berbeda, kesimpulan permulaan dan ahir ramadhan pun bisa berbeda.
Ketiga, kejujuran. Berbeda dengan shalat, zakat, atau haji, puasa ibadah nonfisik yang tidak demonstrative, sehingga pelakunya tidak dapat riya atau show. Seseorang bisa berpura-pura puasa kepada orang lain, tetapi saat sendirian ia tidak berpuasa. Jadi intinya puasa melatih umat islam jujur kepada diri sendiri, karena Allah maha melihat dan tidak dapat dibohongi.
Keempat, disiplin. Puasa dianjurkan untuk segera di ahiri setelah waktu yang telah ditentukan. Begitu waktu waktu imsak tiba maka rutinitas keseharian yang halal seperti makan, minum, merokok dan hubungan seks menjadi terlarang sementara waktu sampai waktu ifthar atau berbuka puasa. Pada bagian ini dapat diambil sebuah pelajaran kepada manusia bagaimana bersikap profesional yang ketat sehingga hal-hal yang halal sekalian pun halal menjadi haram ketika waktu yang ditentukan. Dengan kata lain manusia memiliki tangggungjawab sebagai orang yang professional di mata public juga tanggungjawab kekhalifaan kepada sang khaliq.
Kelima, antisipasi terhadap pengecualian dan anomaly. Tidak semua muslim wajib puasa. Perempuan yang haid, orang sakit, dan mereka yang sedang bepergian atau musafir misalnya, boleh batal puasa dengan membayar konpensasi di lai waktu. Dengan demikian hal ini menantang kita bagaimana untuk senantiasa berlaku adil dalam member keputusan dan tidak saling memberatkan satu sama lain.
Keenam, kepekaan social, rasa lapar dan dahaga yang sengaja dilakukan di siang hari adalah media pendidikan untuk membangun empati social kepada mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Hal ini mengajarkan kita agar senantiasa saling menyantuni sama lain serta ikut prihatin bagi mereka-mereka yang kurang beruntung. Sehingga disinilah kesempatan kita untuk saling menyantuni antara si kaya dan si miskin, pejabat dengan bawahannya dan seterusnya. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi masyarakat.
Ketujuh, keutuhan keluarga. Di bulan-bulan lain sang ayah, ibu dan anak masing-masing memiliki kesibukan yang berbeda sehingga pada kesempatan ini mereka diberikan kesempatan untuk hal kebersamaan, apakah itu dalam hal sahur atau mengerjakan shalat secara berjama’ah. Puasa tampaknya paling terstruktur dalam membina rumah tangga yang baik.
Linguistik Islam
Dalam beberapa tahun terakhir ini para penyelenggara penataran guru bahasa seringkali memasukkan tema Keimanan dan Ketakwaan atau disingkat IMTAQ. Biasanya para nara sumber diminta untuk membahas tema itu yang pada umumnya sedikit banyak akrab dengan kajian islam dan memahami bahasa arab.
Keragaman bahasa dan budaya
Kebhinekaan suku, bangsa, agama dan bahasa seyogyanya ditafakkuri sebagai bukti keagungan Allah SWT, dan kajian kritis terhadap fenomena suku bangsa dan bahasa adalah bagian dari tugas para ulama sebagai bukti penghambaan diri kepada Allah. Al Qur’an bukan hanya merupakan ajaran, melainkan juga sumber ilmu pengetahuan, khususnya ilmu bahasa antropologi dan kebudayaan pada umumnya.
Hakikat bahasa adalah alat komunikasi, yakni komunikasi antar manusia, antar manusia dan hewan, manusia dan malaikat, manusia dan Tuhan sertan tuhan dengan segala mahluknya. Dengan demikian, mempelajari ilmu bahasa sangat dianjurkan dan bahkan sebagai kewajiban kifayah bagi para ulama ahli bahasa, para da’I dan para guru bahasa.
Landasan teoritis
Ditinjau dari segi linguistic, semua bahasa sama, yaitu berperan sebagai system symbol bunyi secara arbitrer yang merupakan alat untuk berkomunikasi. Seperti halnya bahasa arab dan bahasa inggris. Bahasa arab menjadi penting karena dunia islam disampaikan melalui hadis dan Al Qur’an dengan menggunkan bahasa Arab.  Demikian pula dengan bahasa inggris. Bahasa ini menjadi bahasa yang bergengsi dalam forum internasional bukan karena bahasanya, melainkan karena siapa dan apa yang dibicarakan. Namun, tatkala apa yang dibicarakannya menjadi penting misalnya agama, sains, dan teknologi maka penguasaan bahasa itu menjadi sangat niscaya dan merupakan prasyarat. Selain itu, studi bahasa dikembangkan sehingga memiliki beberapa cabang ilmu terapan tidak lain demi untuk kebahasaan yang terus berkembang seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantic, pragmatic, discourse analysis, berbicara, membaca, mendengarkan dan menulis.
Objek kajian studi bahasa
Terdapat dua hal besar paling menonjol dalam studi bahasa, yaitu bahasa sebagai objek studi, khususnya bagi para mahasiswa jurusan bahasa dan sastra, dan bahasa sebagai alaya komunikasi secara luas, dan untuk memperoleh pengetahuan. Masing-masing pendekatan ini memiliki tempat tersendiri dalam literature kabahasaan dan pendidikan bahasa.
Lingustik terapan memanfaatkan berbagai kajian cabang ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk prosesi pembelajaran bahasa yang dapat meliputi berbagai aspek seperti social, psikologi, antropologi dan berbagai cabang ilmu pengembangan teoritis seperti pemakaian bahasa dan perencanaan pembelajaran bahasa serta pemahan silang budaya (Cross Cutural Understanding).
Prinsip dan aplikasi imtaq
Dalam alqur’an dapat ditemukan berbagai prihal ayat yang menyebutkan tentang ihwal pendidikan. Tak sedikit dari ayat tersebut mengutarakan betapa pentingnya pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya konsep multilingualisme dan multikulturalisme mendorong manusia untuk saling kenal mengenal (QS. AlHujurat: 13), para rasul diutus dengan menggunakan bahasa masyarakat (QS. Ibrahim: 4), manusia dianjurkan untuk berbicara dengan bahasa komunikatif (QS. Annia: 63), keras keji mulut menghambat komunikasi (QS. Ali Imran: 159), ucapan-ucapan rasulullah selalu dimengerti pendengarnya (HR. Buhari Abu Daud), berlainan bahasa adalah petunjuk kekuasaan Allah (QS. Arrum), Allah SWT, mengajarkan kita bagaimana sopan santun saat berbahasa kepada kedua orang tua (QS. Lukman: 19) dan (QS. Al Isra’: 23-24), pemeliharaan bahasa dicontohkan Allah SWT. Menghargai kegiatan tulis menulis (QS. Al Qalam:1).
Pendidikan Seni Islami
Seni diyakini berumur setua peradaban manusia. Bagi umat islam jalan pintas untuk memahami aal mula seni islam dapat ditelusuri pada wahyu yang pertama diturunkan, yaitu perintah membaca kepad nabi Muhammad saw. Kata iqra’ adalah verba imperative yang berarti bacalah! Turunya iqra’ adalah bunyi peluit dimulainya revolusi literasi yang dikomando jibril untuk mencerdaskan manusia. Membaca mengandung serentang makna kognitif. Iqra’ sebagai verba transisitf dalam ayat ini tidak diikuti oleh objek. Ini ditafsirkan bahwa membaca disini tidak terbatas hanya pada tulisan, tetapi merujuk kepada objek yang lebih umum termasuk alam semesta.
Sebagai objek baca, alqur’an adalah juga objek apresiasi sastra. Bahwa tidak semua orang mampu menangkap keindahan sastranya, itu menunjukkan bahwa apresiasi itu relative dan subjective tergantung pada potensi akal dan kreativitas. Hal ini merupakan anugrah dari Allah SWT. Bahwa manusia memiliki fitrah untuk merasakan berbagai keindahan dalam bahasa, lukisan, arsitektur, suara, pahatan, instalasi dan sebagainya.
Dalam sebuah hadis rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya Allah Maha indah dan menyayngi Keindahan.” Hadis ini membuktikan bahwa islam sangat mendorong untuk menumbuh kembangkan seni dalam kehidupan manusia sesuai dengan budayanya masing-masing untuk memperluas cakrawala psikologisnya. Teoi subjekfitas melihat bahwa keindahan suatu benda itu sesungguhnya tidaklah ada, yang ada hanyalah persepsi atas objek apresiasi. Rasulullah Saw. Pernah bersabda “gunung ini (uhud) mencintai kita dan kita pun mencintainya. Melalui gaya isti’arah atau personifikasi yang indah, deskripsi gunung menjadi hidup. Ini mengingatkan kita bahwa alam raya ini adalah sesuatu yang hidup dan memiliki kepribadian, sehingga manusia perlu menjalin hubungan “kemesraan”dengannya. Manusia diajari bukan hanya bersatu dengan Tuhan melainkan dengan alam sekitar, tidaklah mengherankan bahwa dari lisan kaum shufi mengalir puisi-puisi bijak nan indah sebagai rintihan tauhidiyah.
Kesimpulan
Dari berbagai paparan di atas dapatlah dikemukakan bahwa pendidikan seni dalam islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan secara keseluruhan. Dari kacamata islam,bukanlah pendidikan jika tidak ada kesenian di dalamnya. Pendidikan seyogyanya memberdayakan fitrah estetika anak didik untuk mampu mengapresiasi alam semesta dengan segala isinya semaksimal mungkin. Penikmatan akan keindahan sesungguhnya terlahir dari sisi terdalam diri manusia yang memiliki kecenderungan kepada yang indah-indah sebagai naluri atau fitrah yang dianugrahkan Allah.
Ilmu  Pengetahuan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa melalui pendidikan proses transformasi dan aktualisasi pengetahuan modern sulit untuk diwujudkan. Demikian halnya dengan sains sebagai bentuk pengetahuan ilmiah dalam pencapaiannya harus melalui proses pendidikan yang ilmiah pula. Yaitu melalui metodologi dan kerangka keilmuan yang teruji. Karena tanpa melalui proses ini pengetahuan yang didapat tidak dapat dikatakan ilmiah. Perjalanan  Ilmu pengetahuan  pada  dasawarsa  sekarang ini  dapat di katakan  luar  biasa  perekembangannya,  terasa   sangat cepat dan dahsyat  sepanjang  sejarah peradaban maanusia.   Perjalanan  ini  pada dasarnya  mempunyai dasar dan akar yang sangat  kuat  dan panjang.
Referensi
Alwasilah, A. Chaedar. 2014. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar