Kamis, 26 Mei 2011

planet x

ISSUE DATANGNYA PLANET X (NIBIRU)

Kalangan “orang dalam” di NASA, DoD (badan inteligensi militer), SETI maupun CIA sudah memprediksikan, kalau 2/3 dari penduduk planet bumi akan punah, ketika terjadi pergantian kutub, yang disebabkan kedatangan Planet X. Sisa populasi yang bertahan hidup, terancam bahaya kelaparan dan radiasi elemen, dalam jangka waktu 6 bulan setelah kejadian ini. Semua operasi rahasia menyadari kenyataan ini, dan sudah menyiapkan diri mereka. Konon, Vatikan juga mengetahui hal tersebut. Namun sayangnya, masyarakat luas dibiarkan begitu saja tanpa informasi, dibiarkan terlena dengan kehidupan sehari hari, tanpa punya kesempatan untuk menyiapkan diri menghadapi bencana ini.

Ada apa sebenarnya?
Bocornya segelintir informasi dari kalangan “orang dalam” dan para pengamat, membuat publik mulai tertarik akan hal ini. Kenapa bencana ini begitu dirahasiakan dari masyarakat luas? Jika sampai membuat kegemparan global, maka akan mempengaruhi pasar uang serta mengakibatkan lumpuhnya perekonomian dunia.

Seharusnya masyarakat luas diberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri. Mudah-mudahan, setelah membaca ini, kita bisa semakin waspada ya!

Oke..saat ini, kalau kita jeli mengamati perkembangan bencana alam, jumlah kejadian bencana alam semakin banyak. Ini diakibatkan koneksi plasmatic elektromagnetis antar planet. Sudah pernah dengar dong, kalau matahari KONON memiliki kembaran yang gelap (versi gelapnya matahari). Nah, disitulah lokasi mengorbitnya Planet X. Tepat diantara matahari dan kembarannya.

Catatan : kembaran matahari tidak terlihat dengan mata kita.

Tapi, para ilmuwan sudah menemukannya. Dalam “Illustrated Science & Invention Encyclopedia” volume ke 18, terbitan tahun 1987 1989, sudah dicantumkan soal keberadaan kembaran matahari ini. Sekelompok ilmuwan Rusia mengadakan rangkaian pertemuan di tahun 2000, untuk mendiskusikan Planet X. Hal ini menjadi sumber berita Reuter dengan headline “Kejadian di tahun 2003” (diterbitkan Kantor Berita Reuter, edisi 13 September 2000).

Inti pertemuan tersebut adalah mengenai musibah kedatanganPlanet X, yang keberadaannya sudah di monitor dari observatori Rusia. Para ilmuwan bertanya tanya, jika ini terjadi, akankah Rusia masih tetap ada?

Ilmuwan Andrei Shukshin menyatakan, dalam pertemuan ini juga dibahas tentang pengurangan jumlah penduduk global secara besar besaran, akibat peristiwa ini. Yang pasti, Planet X memang ada dan mengorbit. Tapi, akankah bertabrakan dengan bumi? Ini yang masih dipelajari.

Di Observatori St.Petersburg Rusia, pengamatan seputar Planet X berlangsung intensif. Ilmuwan disana menamai planet ini dengan sebutan “King of Sun” atau “Bintang Yang Besar”.

Tak banyak ilmuwan yang bersedia membagi informasi soal planet ini, karena kekhawatiran akan menimbulkan kepanikan global. Dan banyak pegawai NASA yang diam diam membuat “home dome” yaitu rumah khusus, dengan konstruksi khusus, yang bersifat tahan topan badai, tahan gempa dan angin tornado. “Home dome” harus dibangun di area perbukitan, jauh dari pantai.

Gambar lainnya dapat dilihat http://calearth.org/galleries/eco-dome.html

Mereka yang punya akses informasi, sudah menyiapkan diri. Dan mayoritas yang sama sekali nggak paham soal ini, go with the flow saja. Planet X juga dikenal dengan nama Nibiru, atau disebut “Wormwood”, merupakan benda angkasa luar yang paling sering disebut sejak jaman kuno.

Setelah mengorbit selama 3600 tahun, planet ke 10 ini akan datang lagi. Dampak kedatangan Planet X terhadap bumi, sudah dicatat nenek moyang kita ribuan tahun lalu. Ilmu Geologi dan Arkeologi juga mencantumkannya.

Simpang Siur Planet X
Untuk mencegah kepanikan soal Planet X, banyak observatorium yang kini “tiba-tiba” tertutup untuk umum. Petugas observatorium bahkan tak mau mengarahkan teleskop ke konstalasi bintang Orion. Banyak alasan dibuat, supaya orang tak mempercayai kenyataan ini. Kenyataan tentang Planet X. Adler Planetarium & Astronomy Museum in Chicago maupun Hayden Planetarium di Rose Center for Earth and Space, New York seringkali tertutup untuk umum, dengan berbagai alasan. Juga di banyak negara.

Planet X memang sengaja dibuat seperti mitos konyol, omong kosong yang membingungkan. Kenapa? Supaya tak terjadi kepanikan massal. Banyak situs di internet yang mengabarkan informasi palsu seputarPlanet X.

Berikut, beberapa informasi yang KELIRU soal Planet X :
1. Planet X bisa jadi tak pernah ada, karena tak ada bukti kuat tentang keberadaannya. Kalaupun ada, munculnya pasti hanya sekali dalam sekian juta tahun. (Ini jenis informasi yang paling banyak kita jumpai)
2. Planet X memang ada, tapi tak akan muncul di era (jaman) kita.
3. Tersebar di kalangan ilmuwan & observatorium bahwa Planet X memang ada, dan akan menghampiri bumi. Tenang saja, jangan panik, karena itu hanya kejadian biasa. Tidak akan ada bencana.

Fakta Planet X
Massa Planet X begitu besar, dengan kutub magnetis yang memiliki kadar plasma tinggi dan pancaran energi yang begitu dahsyat, PASTI mengakibatkan kerusakan hebat pada planet yang dilewatinya. Biasanya beberapa tahun sebelum kedatangan planet X, gelombang elektromagnetik Planet X mengakibatkan perubahan perubahan besar pada planet yang akan dilewatinya. Ini bisa dilihat pada perubahan iklim dahsyat yang melanda Planet Bumi.

Aktivitas gempa dan vulkanis mengalami perubahan 3 hingga 4 dekade sebelum kedatangan Planet X. Sejak tahun 1996, perubahan cuaca di Bumi mencatat rekor tertinggi. Berbagai bencana alam, mulai dari gempa, aktivitas vulkanik dan perubahan elektromagnetis begitu tajam peningkatannya, namun datanya selalu “diperhalus” untuk masyarakat luas.

Pemanasan Global?
Masuk akal, kalau perubahan cuaca dibilang sebagai akibat dari pemanasan global. Tapi, apakah perubahan pada siklus matahari juga akibat pemanasan global? Sama sekali tak ada kaitannya! 99% tata surya kita terbuat dari konsentrasi plasma hingga ke level atomic. Planet adalah plasma yang memiliki kepadatan tertentu. Kembalinya Planet X ke system solar kita mengakibatkan perubahan konsentrasi elektrikal pada energy plasma di SEMUA planet yang ada, di tata surya kita.

Menurut pandangan ilmuwan Rusia, perubahan aktivitas vulkanik dan gempa meningkat sebanyak 400 sampai 500 persen sejak tahun 1975. Perubahan ini tidak hanya terjadi di bumi saja, tapi juga pada semua planet. Setiap planet di tata surya kita mengalami peningkatan aktivitas dan perubahan cuaca. Banyak fakta yang tidak diterbitkan oleh media. Dr.Dmitriev menyatakan bahwa planet-planet lain juga mengalami perubahan. Contohnya : atmosfir di Mars kini semakin tebal, begitu juga di Bulan. Kini ada lapisan Natrium setebal 6000 kilometer yang sebelumnya tak pernah ada.

Lapisan atas atmosfir bumi juga mengalami perubahan kadar HO. Hal yang sama sekali tak ada hubungannya dengan pemanasan global, dampak CFC ataupun akibat polusi. Bukan itu saja, medan magnetik planet-planet juga mengalami perubahan. Beberapa planet bertambah terang. Venus contohnya, terlihat semakin terang bercahaya. Jupiter bahkan memiliki radiasi energi yang berbentuk seperti tabung yang terhubung dengan bulannya.

Uranus dan Neptunus baru saja mengalami perubahan kutub. Saat pesawat Voyager 2 melintasi Uranus dan Neptunus, perubahan kutub terjadi di bagian Utara dan Selatan Planet.

Rangkaian perubahan yang terjadi di tata surya kita, dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori :
1. perubahan medan energi
2. perubahan pijar
3. perubahan atmosfir

Pada periode tahun 1963 hingga 1993, jumlah peristiwa bencana alam meningkat 410 persen. Dan bencana¬bencana terdahsyat terjadi 9 tahun belakangan. Dr.Dmitriev menemukan bahwa medan magnetic matahari meningkat 230 persen sejak tahun 1901. Jadi, yang mengalami perubahan bukan hanya planet Bumi. Hanya sedikit kalangan yang menyadari fakta ini. Di Akademi Sains Nasional Siberia, Rusia, khususnya di Novosibirsk, berlangsung penelitian terhadap matahari. Dan Dr.Dmitriev dengan takjub mengemukakan bahwa, matahari bertambah terang 1000 persen dibanding sebelumnya, dan masih terus bertambah terang.


Melihat Planet X
Hanya teleskop terbesar (yang dijaga ketat) bisa digunakan untuk melihat Planet X. Sejumlah observatorium kecil di dunia mencatat keberhasilan melihat Planet X di awal tahun 2001. Dr.Harrington, rekan sejawat dari Ilmuwan dan arkeolog Zecharia Sitchin, yang pertama meyakini keberadaan NIBIRU atau Planet X berdasarkan catatan kuno orang Sumeria, meninggal mendadak akibat kecelakaan.

Harrington mengekspos penemuan planet ke 10 yang dikenal dengan nama Planet X ini, guna melengkapi teori Sitchin. Sejak peristiwa ini, para ilmuwan memilih tutup mulut dan tak mau bicara banyak soal Planet X dan aktivitasnya. Saat Zecharia Sitchin menerbitkan buku yang didasari tulisan terjemahan bangsa Sumeria Kuno, Sitchin menyatakan ada 12 planet di tata surya kita. Saat buku diterbitkan (Tahun 1970-an), Teori Sitchin ditertawakan, tapi saat satu persatu temuan ilmuwan membuktikan bahwa Teori Sitchin benar, statement Sitchin mulai diawasi ketat. Dalam bukunya, “The 12th Planet”, Sitchin menulis tentang legenda “Komet Kiamat” atau “Nemesis” yang muncul secara periodic dan menciptakan kehancuran.

Zaman Es
Ingatkah pelajaran di Sekolah Menengah tentang Zaman es? Kisah ini merupakan petunjuk bahwa Planet Bumi senantiasa mengalami perubahan periodic. Dan yang dimaksud bukan hanya perubahan kutub saja. Ingat fosil gajah mammoth beku yang ditemukan di Kutub? Saat diteliti, dalam lambungnya masih ada tanaman tropis yang baru saja dimakan. Ini membuktikan, mammoth tersebut membeku dalam sekejap!
Istilah zaman es bukan berarti perubahan yang bertahap, tapi instant.

Ingat film “The Day After Tommorow”? Kira kira secepat itulah pergerakan es-nya! Dan ini terjadi setiap kali Planet X mendekat. Aku akan perdalam sedikit soal Zaman Es sebelum kita lanjut ke Planet X,
karena…inilah yang akan terjadi nanti.

Bersambung Misteri Kedatangan Planet X (NIBIRU) Bagian 2.......

Sumber : www.surabayamuda.com diambil dari
www.forum.kafegaul.com,
www.bluefame.com



Sabtu, 21 Mei 2011

ISLAM DI PERANCIS

ISLAM DI PERANCIS
Sejarah masuknya islam di Perancis
Washington, DC – Mereka yang percaya dengan “benturan peradaban” juga mengklaim bahwa Islam tidak dapat berkembang di Barat tanpa menciptakan ancaman di sana. Namun, pembicaraan semacam itu tidak didengar di Perancis, di mana Islam telah ada sejak Abad Pertengahan, meskipun awalnya dalam jumlah yang amat kecil.
Penaklukan Aljajair pada 1830 dan Protektorat Perancis atas Moroko dan Tunisia memberikan warna Afrika Utara kepada Islam di Perancis. Dan untuk memberikan penghargaan kepada pengorbanan puluhan ribu tentara Muslim selama PD I, Republik Perancis memutuskan pada 1922 untuk membangun Masjid Agung di jantung kota Paris.
Sekularisme berakar jauh dalam sejarah Perancis dan warisan ini juga mempengaruhi situasi Muslim saat ini. Sementara Revolusi 1789 menjamin kewarganegaraan penuh bagi Yahudi Perancis, Revolusi tersebut menyangkal hak untuk berorganisasi sebagai sebuah komunitas dan, sampai hari ini, Republik tersebut sangat waspada dengan sesuatu yang menyerupai multikulturalisme.
Meskipun pemisahan antara gereja dan negara dilakukan pada 1905, Islam bukan pihak yang ikut dalam perjanjian antara Republik dan Gereja Khatolik ini. Ini sebabnya, di Perancis, masjid seringkali merupakan perwujudan dari asosiasi budaya (berlawanan dengan asosiasi keagamaan).
Hukum Perancis melarang pengumpulan statistik berdasarkan asal religius atau etnis, tapi perkiraan saat ini menyatakan bahwa populasi Muslim di negara itu adalah sekitar empat hingga lima juta jiwa, atau enam hingga delapan persen dari populasi total. Baik dalam istilah absolut maupun relatif, Perancis menjadi tuan rumah populasi Muslim terbesar di Eropa Barat, dan negara ini juga menjamin kewarganegaraan secara lebih dermawan ketimbang negara-negara tetangganya. Karenanya Muslim di Perancis adalah orang Perancis lebih dulu, dan hubungan dengan negara asal mereka secara alami menjadi lebih lemah pada generasi kedua, dan lebih lemah lagi pada generasi ketiga.
Angka pernikahan dengan non-Muslim berkisar 20-50 persen, tergantung kepada kelompok yang bersangkutan. Fakta ini menampar wajah konsep "komunitas".
Dalam pandangan keragamannya yang luar biasa, Islam di Perancis tidak dapat direduksi ke suatu stereotip. Untuk satu hal, ketika dipoling, proporsi besar Muslim mendeskripsikan diri mereka sebagai tidak beragama. Untuk hal lain, mereka yang mempraktikkan mengatakan bahwa mereka lmemilih ibadah individual daripada ibadah kolektif di masjid, bahkan ibadah mingguan sekalipun.


Namun, berpuasa selama Ramadan mengalami kemajuan dan kerap dirayakan dengan makan malam yang terbuka bagi semua. Sejumlah ordo Sufi aktif di Perancis dan 40.000 orang pergi haji ke Mekah setiap tahunnya. Akhirnya, perpindahan agama ke Islam amat menonjol, seperti yang disaksikan oleh pemain sepak bola Franck Ribéry atau rapper Abdel Malik.
Sementara Republik sekuler tidak memiliki bias religius (atau non-religius), negara itu juga harus terlibat dengan para pemimpin Muslim pada masalah-masalah tertentu, seperti hari raya Qurban, kalender religius, pemakaman religius, dan ustad di ketentaraan, di antara hal lainnya.
Pada 2003, proses konsultasi yang seksama akhirnya menghasilkan pemilihan French Council for the Muslim Faith, yang sah dan mandatnya terbatas pada masalah-masalah keagamaan. Malah, banyak suara muncul untuk menyangkal dewan ini atas klim apapun terhadap jenis-jenis perwakilan lain.
Presiden pertama dewan ini adalah rektor Masjid Agung Paris, Dalil Boubakeur. Dia terpilih kembali pada 2005, tapi posisi itu diserahkan kepada Mohammed Moussaoui pada 2008, seorang profesor universitas, dengan demikian memperlihatkan suatu evolusi dengan makna dan simbol. Namun, kebanyakan pekerjaan dilakukan di dewan regional untuk Agama Islam dalam kerjasama dengan pemerintah setempat.
Pemberontakan 2005 di pedalaman dengan salah dideskripsikan sebagai “Muslim”, terutama oleh media Anglo-Saxon, meskipun Islam tidak berperan apapun dalam gangguan sosial yang serius itu – baik dalam makna yang positif (tak satupun dari permohonan untuk ketenangan yang dikeluarkan oleh masjid memiliki pengaruh), maupun dalam makna negatif (tidak ada agitator Islam yang dipolitisasi seperti itu yang teridentifikasi).
Beberapa bulan setelah gangguan itu, poling Pew Research Center yang dilakukan di empat negara Eropa mengungkapkan bahwa tiga dari empat Muslim di Perancis tidak melihat adanya kontradiksi antara ketaatan religius dan integrasi sosial (versus satu banding tiga di UK).
Di Perancis, responden mendefinisikan identitas mereka sejajar dalam hal kewarganegaraan Perancis dan keyakinan Muslim, kontras dengan Jerman atau Spanyol, di mana hanya sedikit minoritas yang menyebut kewarganegaraan sebagai bagian dari identitas mereka. Inklusi keragaman Muslim dalam struktur sekuler Republik Perancis sebagian besar merupakan penyebab hasil ini.


Jean-Pierre Filiu adalah profesor di Sciences Po (Institute of Political Studies), Paris, dan dosen tamu Georgetown University di Washington, DC. Buku terakhirnya, Apocalypse in Islam (Fayard, 2008), memenangkan penghargaan utama di Konvensi Sejarah Perancis. Artikel ini ditulis untuk Kantor Berita Common Ground (CGNews).

Pelajar Muslim
Pada tahun 1970-an, imigran Muslim kembali mendatangi negara pencetus trias politica itu. Kali ini, para pelajar Muslim yang datang ke Perancis untuk menuntut ilmu. Kedatangan para pelajar ini menjadi faktor penting yang mengambil peran besar dan penting dalam mendorong penyebaran Islam dan berkehidupan Islam di jantung negeri Napoleon Bonaparte ini.
Tahun 1985, diselenggarakan konferensi besar Islam yang dibiayai Rabithah Alam Islami (Organisasi Islam Dunia). Turut serta dalam konferensi itu 141 negara Islam dengan keputusan mendirikan Federasi Muslim Perancis.
Peristiwa besar ini tidak luput dari perhatian dunia, mengingat kehadiran umat Islam di salah satu negara Eropa selalu menjadi dilema bagi para penguasa setempat, terutama yang menyangkut ketenagakerjaan (buruh) dan masalah sosial.
Hasil konferensi dan terbentuknya federasi Muslim itu berhasil mempersatukan sebanyak 540 buah organisasi Islam di seluruh Perancis dan melindungi 1600 buah masjid, lembaga-lembaga pendidikan Islam, dan gedung-gedung milik umat Islam.
Dengan kondisi ini, barisan (saf) umat Islam pun semakin kokoh. Yang lebih menggembirakan lagi, kebanyakan anggota federasi yang menjalankan roda organisasi justru berasal dari kaum muda-mudi Muslim berkebangsaan Perancis sendiri.
Federasi ini bertujuan berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan keislaman di Perancis dan memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang Islam kepada warga Perancis.
Lembaga ini berperan besar dalam menjembatani umat Islam Perancis dengan pemerintah setempat, terutama dalam menyuarakan kepentingan umat Islam.
”Dengan kesepakatan ini, umat Islam punya hak yang sama dengan umat Katholik, Yahudi, dan Protestan,” kata seorang menteri di pemerintahan, Nicolas Sarkozy.
Organisasi itu merupakan gabungan dari tiga organisasi besar Islam di Perancis, yakni Masjid Paris, Federasi Nasional Muslim, dan Persatuan Organisasi Islam Perancis.


Pelarangan Jilbab
Perancis, yang juga terkenal sebagai negara mode ini, pernah melarang Muslimah menggunakan jilbab sekitar tahun 1989. Pelajar Muslimah dikeluarkan dari kelas karena memakai jilbab, pekerja Muslimah dipecat dari kantornya karena mengenakan jilbab. Namun, mereka tidak menyerah begitu saja. Umat Islam Perancis menggoyang Paris dengan aksi-aksi demo menuntut kebebasan. Dan, umat Islam di berbagai negara pun turut melakukan protes atas kebijakan tersebut.
Akhirnya, pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan pada 2 November 1992 yang memperbolehkan para siswi Muslimah untuk mengenakan jilbab di sekolah-sekolah negeri.
Sekarang, tampilnya wanita-wanita berjilbab di Perancis menjadi satu fenomena keislaman yang sangat kuat di negeri tersebut. Mereka bukan hanya hadir di masjid-masjid atau pusat-pusat keagamaan Islam lainnya, melainkan juga di sekolah-sekolah negeri, perguruan tinggi negeri, dan tempat-tempat umum lainnya.
Banyak hal yang memengaruhi perkembangan Islam di Perancis. Salah satunya adalah Perang Teluk 1991 yang menyebabkan munculnya krisis identitas di kalangan anak muda Muslim di Perancis. Kondisi ini mendorong mereka lebih rajin datang ke masjid. Gerakan Intifada di Palestina juga mendorong makin banyaknya Muslim Perancis yang beribadah ke masjid.
Umat Islam di Perancis memiliki peranan yang sangat penting. Mereka memainkan peranan dalam semua sektor. Mulai dari pendidikan, lembaga keuangan, pemerintahan, olahraga, sosial, dan lainnya.
Bahkan, pada Perang Dunia I dan II, umat Islam di Eropa tercatat turut menentang pendudukan Nazi. Keikutsertaan umat Islam dalam menentang pendudukan Nazi menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan kemerdekaan Perancis.









Masjid dan Sekolah Islam Meningkat
Seiring dengan berkembangannya agama Islam di negara Perancis, jumlah sarana ibadah dan kegiatan keislaman pun semakin meningkat.
Menurut survei yang dilakukan kelompok Muslim Perancis, sampai tahun 2003, jumlah masjid di seantero Perancis mencapai 1.554 buah. Mulai dari yang berupa ruangan sewaan di bawah tanah sampai gedung yang dimiliki oleh warga Muslim dan dibangun di tempat-tempat umum.
Perkembangan Islam dan masjid di Perancis juga ditulis oleh seorang wartawan Perancis yang juga pakar tentang Islam, Xavier Ternisien. Dalam buku terbarunya, Ternisien menulis, di kawasan Saint Denis, sebelah utara Perancis, terdapat kurang lebih 97 masjid, sementara di selatan Perancis sebanyak 73 masjid.
Ternisien menambahkan, masjid-masjid yang banyak berdiri di Perancis dengan kubah-kubahnya yang khas menunjukkan bahwa Islam kini makin mengemuka di negara itu. Islam di Perancis bukan lagi agama yang di masa lalu bergerak secara diam-diam.
”Masjid-masjid yang ada di Perancis kini bahkan dibangun atas tanah milik warga Muslim sendiri, bukan lagi di tempat sewaan seperti pada masa lalu,” ujarnya.
Tampaknya, pada tahun-tahun mendatang, jumlah masjid akan makin bertambah di Perancis. Sejumlah masjid yang ada sekarang terkadang tidak bisa menampung semua jamaah. Masjid di kawasan Belle Ville dan Barbes, misalnya, sebagian jamaah terpaksa harus shalat sampai ke pinggiran jalan.
Awalnya, masjid-masjid yang ada di Perancis didirikan oleh orang-orang Muslim asal Pakistan yang bekerja di pabrik-pabrik di Paris, Perancis. Mereka mengubah ruangan kecil tempat makan siang atau berganti pakaian menjadi ruangan untuk shalat. Terkadang, mereka menggunakan ruangan di asramanya sebagai sarana ibadah. Sehingga, hal itu terus berkembang dan menyebar.
Perkembangan yang terus meningkat itu membuat sebagian masyarakat Perancis khawatir. Masjid-masjid yang ada sering menjadi sasaran serangan yang berbau rasisme. Masa suram masjid di Perancis terjadi pada tahun 2001. Sejumlah masjid menjadi sasaran serangan dengan menggunakan bom molotov. Bahkan, ada masjid yang dibakar. Bentuk serangan lainnya adalah menggambari dinding-dinding masjid dan dinding rumah imam-imam masjid dengan lambang swastika. Namun, sejauh ini, belum ada organisasi hak asasi manusia atau asosiasi Muslim yang mempersoalkan serangan-serangan itu.
Sekolah Tak hanya masjid yang tumbuh, lembaga pendidikan Islam di negeri mode ini pun turut berkembang. Sejumlah sekolah Islam berdiri di Perancis. Sampai kini, sedikitnya ada empat sekolah Muslim swasta.
”Pemerintah belum lama ini memberi izin untuk memulai operasi,” ujar Mahmoud Awwad, sponsor dan direktur sekolah Education et Savior.
Awalnya, sebuah sekolah didirikan di Vitrerie, pinggiran selatan Paris. Kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum pendidikan nasional Perancis, namun ada tambahan pelajaran khusus muatan lokal tentang keislaman, seperti bahasa Arab dan agama Islam.
Education et Savior adalah sekolah kedua yang dibuka di Paris setelah sekolah Reussite di pinggiran Aubervilliers, utara Paris, dan yang keempat di Perancis. Dua sekolah swasta Islam lainnya adalah Ibn Rushd di Kota Lille, utara Perancis, dan Al-Kindi di Kota Lyon.
Selama ini, umat Islam di Perancis ingin memiliki sekolah swasta Islam setelah Paris melarang jilbab dan simbol keagamaan di sekolah negeri empat tahun lalu. Siswi Muslim yang memakai jilbab akan dikeluarkan dari sekolah dan kondisi ini membuat masa depan mereka suram.
Awwad mengaku, pihaknya tidak sulit mendapatkan izin pendirian sekolah Islam. ”Tidak seperti sekolah Al-Kindi, kami tidak menemui rintangan,” ujar Awwad. Pembukaan Al-Kindi di Lyon mendapat hambatan saat dibuka pada 2006.
Academy of Lyon, badan pendidikan negara yang tertinggi di kota itu, menolak izin operasional sekolah itu dan menutup sekolah dengan alasan pihak sekolah tidak memenuhi standar kebersihan dan keselamatan. Namun, Pengadilan Administratif di Lyon membatalkan penutupan itu pada Februari tahun lalu. Ini berarti sekolah Al-Kindi bisa membuka ajaran baru pada Maret 2007.
Menurut para pemimpin Muslim Perancis, insiden di Al-Kindi justru mendorong masyarakat Muslim untuk membuka sekolah serupa. ”Kontroversi Al-Kindi mendobrak ketakutan di minoritas Muslim untuk memiliki sekolah lebih banyak,” ujar Lhaj Thami Breze, ketua Organisasi Persatuan Islam di Perancis, UOIF.
Source:
yunalisra.blogspot.com
Kantor Berita Common Ground (CGNews), 5 Desember 2008, www.commongroundnews.org

Minggu, 15 Mei 2011

tagmeme and reconstructing the phrase level

THE PHRASE LEVEL
A prhrase is any structured word group that does not contain both a subject and predicate (as is typical of clause level word group) and that functins as a unit in manifasting one or more tagmemes. Phrase level syntagmemes are typically of three types: head-modifier, multiple head, or relator-axis.
Head-modifier phrases have an obligatory heas tagmeme around which certain subordinate modifiers revolve, these usually being optional. Sometimes however, a modifying tagmeme will also be obligatory. This is the case in barai with the deictics of certain phrase, the verb phrase and the item-possesor phrase are all head-modifier phrases in Barai.
Multiple head phrases are phrases structures that exhibit more that one head.these may be single words or embedded phrases. They are obligatory and may or may not require an intervening connector. Temporal, locative and nominative phrases are all multiple heas phrases in Barai.
Relator-axis phrases are composed of two tagmemes: a relator and an axis. Both are obligatory so that neither can alone fill the slot that the unit does. Typically, relator-axis phrase are quite similar in internal structure. Concequently, a differense of relators combined with a distributional difference may be the only distinctions between relator-axis syntagmemes. The possesive and accompaniment phrases are both example of Barai relator-axis phrases.
 The Modified Noun Phrase
The tagmemic formula for the noun phrases is the following:
F29. N = + Hd ± Mod : num/adj/poss. Pro ± det: dei
The modified noun phrse consist of an obligatory head manifested by a noun, an optional modifier filled by either a numeral, an adjective, or possesive pronoun, and an optional determiner filled by a deictic. Thye set of fillers manifesting the head tagmeme, (n), are to be distinguised from kinship nouns, (kn), as the letter require an entirely different construction. Numerals, adjectives, and possesive pronouns all occur with these non-kinship nouns and with the deictics, but they do not co-occur with each other so that together they comprise a single set. Note the example:
Vua fuone ije mavua ireobo
Talk his that box big
That talk of his a big box

Are ige e inokoro ije
House this perason two that
This house those two people

 The modified verb phrase
Another phrase syntagmeme is the modified verb phrase.
F29. V = ± mod : adv + Hd : v
The verb phrase consists of an optipnal modifier manifested by a set of adverb and an obligatory head filled bt a set of verbs. The class of advebs always occur immediately preceding the verb with no intervening elements and no changes of linear ordering so that the pair are considred a word group.
Difuri va saroroba tavua
Fast go suddenly explode
Goes fast suddenly explodes

Kuke re mauki fi
Again do quietly sit
Does (it) again site quietly

 The modified kinship phrase
The structure of the modified kinship phrase can be represented in the following formula.
F30. KN = + Hd ± num: -ki/-rafa + poss: p.m. ±det: dei
The modified kinship phrase consist of an obligatory heas manifested by a kinship noun, an optimal number slot manifested by the singular morpheme, -ki, or the plural morpheme, -rafa, an obligatory possesion slot manifested by a set of person markers, and an optional determainer slot manifested by a deictic. While this three tagmemes are phnologically bound in one phnological word, they are similar to the tagmemes occuring at the phrase level wuth other nouns and so are analysed with the kinship nouns as phrase level constituens. The following are modified kinship phrases.
Asie –ki –no asoe –rafa –fuo
Mother eg let father pl seg
My mother his fathers



Asoe –o asae –rafa –nuvuo
Father 2eg grandparent pl 1pl
Your father our grand parents


The modified kinship phrase is distinct from the modified noun phrase in numerous respect. First, the fillers of the head slot are mutually exclusive in the two syntagmemes. Number and possesion are two tagmemes rather than one, each with fillers distict from the modified noun phrase. And finally possession is obligatory in the modified kinship phrase.
The item-possesor phrase
Note the following phrase structures
e ig –afuo asoe
person this –poss.p. father
this person’s father

are ij –afuo tarome ije
house that –poss.p. roof that
that roof of that house

e ireobo gar –aduo mave
person big that –poss.p. pig
a pig belonging to that big person

are none ij –afuo tarome ije
house my that poss.p. roof that
that roof belonging to that house of mine



ame inokoro gar –aduo juvuave
boy two that poss.p. spear
a spear belonging to those two boys

In the item-possessor phrase, there are three layers of phrase level embedding. A relator-axist phrase is manifested by the possessor slot where the exist itself is a noun phrase so that the noun phrase is embended in the axis of a relator-axis phrase that is embeddaed in the possesor slot of an item-possessor phrase. Note the formula for the item-possesor phrase.
IP = + Poss: possRA + it: N/kn
An item possessor phrase consist of an obligatory possassor slot filled by a possessive a relator-axis phrase, an obligatory item slot filled by a noun phrase or a kinship noun. Notice that, when modified, kinship nouns differ from other nouns in their resulting constructions, but kinship nouns and modified noun phrase comprise a set that function together in the item possessor phrase. Since the possessive relator-axis phrase does not occur with modifiers, it is tempting to combine this phrase type with the modified noun phrase where the set of modifiers would include not only numerals, adjectives, and possessive pronouns but possessive relator-axis phrases as well. Then a permutation rule would be required to account, for the movement of the possessive relator-axis phrase to the left of the head noun. However in addition to the difference in the order of the tagmemes, the item-possessor phrase is further distinguised by its grouping of kinship nouns with modified noun phrase as one function-set unit. Hence the item-possessor analysis.
Now consider the noun phrase manifesting the item slot. It is structurally distinct from other modified noun phrase since only a deictic and never an adjective may co-occur with the head noun. This, plus the distribution of this construction only in the item slot of item-possessor phrases, yields the criteria necessary for defining a phrase level syntagmeme. If we label this structure N2, then N2 can be represented by F32.
F32. N2 = + Hd ± Det : dei
A modified noun phrase sub-two consist of an obligatory head filled by a noun and an optional determiner filled by a deitic.
 The possessive phrase
The possessive phrase, then is a relator-axis phrase that fills the possessor slot of item-possessor phrases. They alsooccur on the clause level manifesting the distination tagmeme of intransitive clauses. c
F33. possRA = + Ax: N + Rel :-afuo/ -aduo
The possessive phrase is a relator-axis phrase composed of an obligatory axis manifested by a noun phrase and an obligatory relator manifested by one of two possessive postpositions, -afuo or –aduo. The concord symbol “c” represents agreement between the deitic in the noun phrase and the postposition in the relator. The stem of the deitic determines which postposition will occur.
The noun phrase manifesting the axis is structurally very similar to other noun phrases. One difference is significant, however. Note that the deitic occurs in each example of the embadded phrase. This deitic is in fact obligatory to the embadded construction. The difference in the obligatory nature of the final determiner tagmeme plus the difference in distribution comprise the two-fold criteria for identifying a syntagmeme so that the ambadded nopun phrases is an emic pattern that can be represented as N3.
F34. N3 = + Hd Mod : num/aj/poss.pro+ Det : dei
Noun phrase sub-three consists of an obligatory head manifested by a noun, an optional modifier filled by a numeral, an adjective, or a possessive pronoun, and an obligatory determiner filled by a deictic. This deictic is an example of an obligatory subordinate tagmeme mentioned above.
Now observe a further example.
Asoe –no ig –afuo u
Father my this poss.p. hair
The hair of this my father
It is also possible for a modified kinship phrase to manifest the possessorslot of an item-possessor phrase in Barai. This kinship phrase is distinct, however, since a deictic occurs with the head and possession tagmeme. Again, this one internal structural difference plus its external distribution constitute the criteria necessary for identifying a constrastive syntagmeme.
F35. KN2 = + Hd ± Num: +-ki/-rafa + poss:p.m. + det : dei
That is, a modified kinship phrase sub-two consist of an obligatory head filled by a kinship noun, an optional number tagmeme filled by –ki/ -rafa, an obligatory possession slot filled by a set of person markers, and an obligatory determiner filled by a set of deictics.
 The accompaniment phrase
The accompaniment phrase is also a relator-axis phrase.
c
F36. accRA = + Axis : N2 + Rel : acc.p
And the formula reads as follows: the accompaniment relator-axis phrase has an obligatory axis slot manifested by a noun phrase sub-two and an obligatory relator slot manifested by an accompanient postposition. Like the possessive phrase, the noun phrase embedded in the axis has an obligatory deictic. There is concord between this noun phrase and the postposition filling the relator tagmeme. In this instance, however, the concord is between the head of the embadded noun phrase and the postposition and indicates its number and wether it is humanor non-human. That is, there are three accompaniment postpositions: -akuma, non-human; -aki, human singular; and –ena, human plural.
Fu fari fuone ij –aki va
He son his that aoo.p. go
He is going with his son

Do boeje ij –akuma i-ne
Water much that aoo.p. eat-imp
Eat(it) with a lot of water

Fu a fuone ij –ena va-e
He person his that aoo.p. past
He went with these his own people

 The location phrase
The location phrase is also a relator-axis phrase. Note the following example.

Fu juare gam –ia va-e
He garden that loc.p. go-past
He want to that garden

Bu ij –ia kari
They that loo.p. sit
They are sitting there

No kofu gum –ia bied-ia-e
We coffe that loo.p. meet-3pl-past
We met them there at those coffe trees

Bu are nuvuone ig –ia usiae
They house our this loo.p. arrive
They arrived here at our house

Bu ij –ia nuj-a
They that loo.p. put-3eg
They put (it) there

In each cas –ia, the loctive postposition, occurs as the filler of the relator slot. And the embadded phrase manifesting the axis is again the naoun phrase, as in 56 for example, where the noun is followed by a possessive pronoun which is in turn followed by a deictic. But note that 54 and 57 do not follow that pattern. A deictic alone can manifest the axis as well as noun phrase.
F37. locRA = + Axis : N/dei + Rel: loc p.
The formula then reads as follows: the locative relator-axis phrase consist of an obligatory axis manifested by a noun phrase or a deictic and an obligatory relator manifested by the locative postposition, -ia. Selectional restrictions limit the head nouns that occur in the embadded noun phrase but considerable overlapis apparent between these and nouns functioning as heads of other modified noun phrase so that it is clear that location nouns do not constitute a closed emic class among themselves.

 The time phrase
Now observe the following time phrases.

Na suake uri
I early.morning aries
I got up early the morning

Ve be no mave kana-e
Time one we pig kill-past
One time we killed a pig

Bu iko dua uru
They first dance(n) dance (v)
First, they dance

Nituame fu unava
Day. After.tomorrow he go.back
Two days later, he goes back

Ve ije fu visi
Time that he sick
At the time, he was sick

Mu inokobeke bu ij –ia are-kidufuo
Night three they that loo.p. leave-die.fut.
They will leave (it) there for three nights

The time pjrase differs from other phrase level syntagmemes in several respects. First of all, time nouns do constitute a closed emic class, i.e., they occur only in the time phrase and only time noun nouns manifest the head of this phrase. Then, the only modifiers that occur are numerals. And finally, the deictic is optional and occcurs as it does in noun phrases manifesting subject/object tagmeme without a bound postposition. The following formula represents the structure of this syntagmeme.
F38. T = + Hd: tn ± Num : num ± det: dei
A time phrase is composed of an obligatory head slot filled by a temporal noun, an optional number slot filled by a numeral, and an optional determiner filled by a deictec. In addition to the internal structural differences noted above, the unit is distributed only in the time slot of clause level constructions.
 The nominative phrase
The nominative phrase is one of the multiple head phrase syntagmemes. It occurs only manifesting the subject tagmeme.
Note the following example:

Buki none ige fu –ka irufui
Book my thos it int. heary
This book of mine (it) is really heary

A none ige bu ig –ia kari
Person my this they this loo.p. sit
These people of mine (they) are sitting here

Vito fu na kan-ie
Vito he me hit-1st
Vito(he) hit me

Fu –te tavua
It dub. Explode
It might explode

Fu –me ij –ia mani
He cas. That loo.p stand
He is just standing there

The mood clitics are phnologically bound to the subject pronoun and do not occur apart from such a pronoun. Multiple head phrases are either coordinate or oppositive depending on wether the referent of the fillers of te head slots are the same or different. In this construction, they are the same. One head is the item slot manifested by a noun phrase (N), and the other is a pronoun phrase (pro). This modified pronoun phrase, as in 64, 67, and 68, consists of an oblogatory head filled by a pronoun and an optional modifier filled by a mood clitic. It can be represented in the following formula.

F39. Pro = + Hd: pro ± Mod: mo
This modified pronoun phrase is then embedded in the nominative phrase.
c
F40. Nom = + it : N + App: Pro

That is, the nominative phrase consist of an obligatory item slot manifested by a noun phrase and an obligatory opposition slot manifested by a noun phrase and an obligatoryopposition slot manifested by a pronoun phrase. Concord of person and number exists between the head tagmemes of the filler classes.
Note further that this syntagmeme does not account for 67 above, where the pronoun phrase occurs apart from the noun phrase. The noun phrase must then be one of a set of structures manifesting the subject tagmeme on the clause level along with the noun phrase and the above nominative phrase.
F41. C1 = ± S: Nom/N/ pro ±….
This is by no means an exhaustive analysis of the phrase level syntagmeme of Barai, but these structures should be sufficient to provide a base from which to discuss the relations between the tagmemic and transformational models.