Minggu, 09 Juni 2013

TEORI KESUSASTRAAN DITULIS OLEH KAHARUDDIN



TEORI KESUSASTRAAN
Oleh Rene Wellek dan Austin Warren
A.    Definisi dan batasan
·         Sastra dan studi sastra
Sastra dan studi sastra yang dalam hal ini dalam buku Rene Wellek dan Austene Warren menerangkan adanya perbedaan dari keduanya. Sastra adalah sebuah kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Studi sastra adalah cabang dari pada ilmu pengetahun. Namun, sastra juga dikatakan sebagai cabang ilmu pengetahuan. Sehingga perbedaan dari keduanya nampak bahwa studi sastra memiliki metode yang formal dan ilmiah, walau tidak selalu sama dengan metode-metode ilmu alam. Bedanya hanya saja ilmu-ilmu alam berbeda dengan tujuan ilmu-ilmu budaya. Ilmu-ilmu alam mempelajari fakta-fakta yang berulang, sedangkan sejarah mengkaji fakta-fakta yang silih berganti. Karya sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus, atau lebih tepat lagi individual dan umum sekaligus. Studi sastra adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berkembang terus-menerus.
·         Sifat-sifat sastra
Salah satu batasaan sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Nampaknya karya sastra paling tepat diterapkan dalam seni sastra, yaitu sastra sebagai karya imajinatif. Sastra termasuk ilmu multidisplin. Karena selain mengkaji tentang sejarah juga mengkaji cabang ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu kedokteran, ekonomi, astronomi dan lain sebagainya. Disamping itu, Bahasa adalah bahan baku dari sastra sebagai medianya dan bahasa itu sendiri bukan benda mati seperti batu, melainkan ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistic dari kelompok pemakai bahasa tertentu. Bahasa ilmiah cenderung menyerupai sistem tanda matematika atau logika simbolis. Sedangkan bahasa sastra penuh ambiguitas dan homonym dengan kata lain adalah bahasa sastra sangat konotatif.
·         Fungsi sastra
Fungsi dan sifat sastra tidak dapat dipisahkan. Fungsi puisi sesuai dengan sifat-sifatnya. Edgar Allan Poe melontarkan sastra berfungsi menghibur dan sekaligus mengajarkan sesuatu. Menurut sejumlah teoritikus, fungsi sastra adalah untuk membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekana emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu.
·         Teori, kritik dan sejarah sastra
Dalam wilayah studi sastra perlu ditarik perbedaan antara teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Yang pertama-tama perlu dipilah adalah perbedaan sudut pandang yang mendasar. Antara teori, kritik, dan sejarah sastra tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori, dan criteria yang ada pada satra itu sendiri. Kritik sastra adalah studi karya-karya konkret (pendekatan statis). Dan sejarah sastra adalah mempelajari dan menyatukan sejarah sastra masa kini dan masa lampau.
·         Sastra umum, sastra bandingan dan sastra nasional
Istilah sastra bandingan dalam prakteknya menyangkut bidang studi dan masalah lain. Pertama dipakai untuk studi sastra lisan, kedua mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih, dan yang ketiga sastra bandingan disamakan dengan studi sastra menyeluruh. Sastra bandingan mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih. Sastra umum mempelajari gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Sastra nasional menuntut penguasaan bahasa asing dan keberanian untuk menyisihkan rasa kedaerahan yang sulit dihilangkan. Sastra nasional menuntut ppenguasaan bahasa asing dan keberanian untuk menyisihkan rasa kedaerahan yang sulit dihilangkan.

B.     Penelitian pendahuluan
·         Memilih dan menyusun naskah
Salah satu kegiatan ilmuwan adalah mengumpulkan naskah yang akan dipelajarinya, memulihkan dari dampak waktu, dan meneliti identitas pengarang, keaslian, dan tahun penciptaan. Dan semua ini adalah kegiatan persiapan. Ada dua tingkat kegiatan persiapan dalam memilih naskah : (1) Menyusun dan menyiapkan naskah, (2) Menentukan urutan karya menurut waktu penciptaan, memeriksa keaslian, memastikan pengarang naskah, meneliti karya kerja sama dan karya yang sudah diperbaiki oleh pengarang atau penerbit. Dan ada 5 kegiatan dalam menyusun naskah : (1) Menyusun naskah dan mengumpulkan naskah dalam bentuk manuskrip atau cetakan (2) Membuat catalog atau keterangan bibliografi (3) Proses editing (4) Proses menetapkan silsilah teks berbeda dengan kritik teks (5) koreksi teks.
C.    Studi sastra dengan pendekatan ekstrinsik
·         Sastra dan Biografi
Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri yakni Sang Pengarang. Biografi dapat dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental, dan intelektualnya.Dan dapat juga dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif. Permasalahan penulis biografi adalah permasalahan sejarah. Penulis biografi harus menginterpretasikan dokumen, surat, laporan saksi mata, ingatan, dan pernyataan otbiografis.
·         Sastra dan psykologi
Psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan. (1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau studi pribadi. (2) Studi proses kreatif. (3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. (4) Mempelajari dampak sastra pada pembaca. Kemungkinan (1) & (2) bagian dari psikologi seni. Kemungkinan (3) berkaitan pada bidang sastra. Kemungkinan (4) pada bab sastra dan masyarakat. Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang, yang mana pada bagian akhir ini menurut mereka merupakan tahapan yang paling kreatif.
·         Sastra dan masyarakat
Sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan social, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia. Penyair adalah warga masyarakat yang mempunyai status khusus, maka dari itu dia mendapat pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai masa-walaupun hanya secara teoretis. Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat biasanya bertolak dari frase De Bonald bahwa” sastra adalah ungkapan masyarakat “ (Literature is an expression of society). Masalah kritik yang berbau penilaian bisa kita temukan dengan menemukan hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat. Hubungan yang bersifat deskriptif : (1) Sosiologi pengarang, profesi pengarang, institusi sastra (2) Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri (3) Permasalahan pembaca dan dampak social karya sastra.

·         Sastra dan pemikiran
Sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Sastra dianalisis untuk mengungkapkan pemikiuran-pemikiran hebat. Karya sastra dapat dianggap sebagai dokumen sejarah pemikiran dan filsafat, karena sejarah sastra sejajar dan mencerminkan sejarah pemikiran.

D.    Studi sastra dengan pendekatan instrinsik
·         Sastra dan seni
Keterkaitan sastra dan seni seperti dikemukakan oleh Rene Wellek bahwa hubungan sastra dengan seni rupa dan seni music sangat beragam dan rumit. Kadang-kadang puisi mendapat inspirasi dari lukisan, patung, atau music. Karya seni seperti halya benda dan manusia sering menjadi tema dan objek puisi. Hal ini sudah umum, dan tidak mengandung permasalahan teoritis. Hadirnya sastra dapat menciptakan mood tersendiri bagi pembacanya. Karena sastra tersebut terdiri dari pendekatan-pendekatan yang signifikan. Nampaknya, pendekatan utama untuk membandingkan beberapa cabang seni adalah analisis objek seni yang kongkret. Jadi, yang dilihat adalah hubungan structural. Karena hanya dengan menentukan structural dapat diketahui dari beberapa aspek yang berkaitan dengan terbentuknya karya sastra tersebut yaitu unsur instrinsik
·         Modus keberadaan karya sastra
Keberadaan karya sastra hanya dapat diketahui melalui pertanyaan epistimologis. Karena keberadaannya yang bersifat abstrak. Karya sastra muncul sebagai objek pengetahuan sui generis, yang mempumyai status ontologis khusus. Karya sastra bukanlah benda nyata (patung), psykologi (rasa sakit atau penglihatan), atau ideal (segi tiga). Karya sastra adalah system norma dari konsep-konsep ideal yang intersubjectif. Konsep-konsep itu berada dalam ideology kolektif dan berubah bersama ideology tersebut. konsep-konsep itu hanya dapat dicapai melalui pengalaman mental perorangan yang didasarkan pada struktur bunyi kalimatnya
·         Efoni, irama dan matra
Karya sastra adalah urutan bunyi yang menghasilkan makna. Pada sejumlah karya sastra, stratum bunyi memang kadang-kadang kurang penting, bahkan pada sejumlah novel, tidak terlihat fungsinya. Meskipun  demikian, stratum fonetik tetap merupakan prasyarat makna. Dari ketiga unsure tersebut sangat berkaitan dengan karya sastra disamping harus dipelajari juga menunjang terciptanya makna yang baik.
·         Gaya dan stalistika
Bahasa adalah bahan mentah sastrawan. Dapat dikatakan bahwa setiap karya sastra hanyalah seleksi beberapa bagian dari suatu bahasa tertentu, seperti halnya patung dapat dianggap sebagai sebongkah marmer yang dikikis sedikit bagian-bagiannya.
Studi bahasa sangat penting dalam studi puisi. Tetapi yang kita maksudkan dengan studi bahasa disini adalah studi hal-hal yang biasanya diabaikan dan disepelekan oleh ahli-ahli linguistic professional. Kecuali sejumlah pengucapan yang diperlukan untuk sejarah matra dan rima.
Tentu saja stailistika tidak dapat diterapkan dengan baik tanpa dasar linguistic yang kuat, karena salah satu perhatian utamanya adalah kontras system bahasa karya sastra dengan penggunaan bahasa pada zamannya. Tanpa pengetahuan untuk menentukan bahasa yang digunakan dalam keseharian kita dan mana bahasa yang digunakan dalam sastra dan pengatahuan tentang berbagai langgam social zamannya, stailistika bukan sekedar impresionisme belaka. Asumsi bahwa kita sudah mengenal dengan baik. Perbedaan antara bahasa sehari-hari dengan deviasi artistic pada periode awal kesusastraan, saying sekali tidaklah berdasar. Kita masih harus mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang stratifikasi ujaran pada masa lalu, sebelum kita mendapatkan latar yang tepat untuk manila diksi pengarang atau gerakan kesusastraan
·         Citra, metafora, symbol, dan mitos
Pencitraan dalam psikologi merupakan reproduksi mental, suatu ingatan masa lalu yang bersifat indrawi dan berdasarkan persepsi dan tidak selalu bersifat visual. Pencitraan visual merupakan pengindrian atau persepsi, tetapi juga mewakili atau mengacu kepada sesuatu yang tidak nampak, sesuatu yang berada di dalam (inner).
Perbedaan yang terpenting antara symbol dengan metafora dan citra adalah symbol secara terus menerus menampilkan dirinya. Suatu citra dapat dapat dibangkitkan melalui sebuah metafora. Tetapi jika citra itu secara terus menerus muncul sebagai perwujudan yang mewakili sesuatu, citra itu pun menjadi symbol dan bahkan menjadi bagian dari system yang simbolis, yaitu system yang mengandung mitos.


·         Sifat dan ragam fiksi naratif
Salah satu sifat yang dikemukakan oleh rene wellek pengarang buku tersebut adalah bersifat fiksi atau tidak pasti. Dalam hal ini bahwa ilusi kenyataan dan kesan meyakinkan yang ditampilkan kepada pembaca, tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari.
Kebanyakan dari cerita naratif hanya bersumber dari sejarah yang berkaitan dengan waktu atau urutan waktu. Ada beberapa ragam fiksi naratif seperti fable, romance, novel, drama. Kemudian dari ragam fiksi naratif tersebut dikuatkan oleh beberapa struktur naratif seperti alur, latar, penokohan, gaya bahasa.
·         Genre sastra
Teori genre merupakan suatu prinsip keteraturan sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu atau tempat, tetapi berdasarkan pada tipe struktur atau susunan sastera tertentu. Semua studi kritik sastra dan penilaian kritik sastra pasti menyangkut pembahasan tentang structure-struktur semacam itu.
Genre harus dilihat sebagai pengelompokan karya sastra, yang secara teoritis didasarkan pad bentuk luar (matra atau struktur tertentu) dan pada bentuk dalam(sikap, nada, tujuan, dan yang lebih kasar, isi, dan khalayak pembaca).
Secara umum, konsepsi kita terhadap genre harus bertolak dari sisi formalistis. Kita sebaiknya membuat genre berdasarkan jumlah suku kata atau bentuk daripada berdasarkan isi (misalnya novel politik, atau novel tentang pekerja pabrik). Kita harus berpikir tentang jenis sastra bukan klasifikasi isi yang juga bisa diterpkan pada karya nonfiksi. Aristotle membagi karya sastra puisi atas epic, drama, dan lirik.
·         Penilaian
Kesimpulan dari Horace bahwa fungsi sastra adalah hiburan dan ajaran atau main dan kerja atau nilai terminal dan nilai instrumental atau seni dan propaganda, atau seni untuk seni dan seni sebagai ritual masyarakat dan penyatu budaya.
Yang menentukan suatu karya sastra atau bukan sastra, bukanlah unsure-unsurnya, tetapi bagaimana unsure-unsur itu disatukan dan berfungsi. Dibakar oleh semangat yang menggebu-gebuh untuk memperbaiki pengertian sastra, para pendukung aliran sastra murni mencap semua karya sastra yang memilki unsure yang bekaitan dengan etika atau pemikiran social sebagai karya yang sok menggurui.
·         Sejarah sastra
Sepanjang sejarah belum ada yang mampu membuat sejarah tentang sastra. Karena hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu; tidak konsisten dan sistematis; prasangkah bahwa sejarah sastra tidak mungkin disusun; keseluruhan konsepsi perkembangan seni sastra  sedikit diragukan.
Tetapi teoritikus yang lain menolak secara mentah-mentah bahwa sastra memiliki sejarah, W.P. mencoba membuktikan misalnya bahwa kita tidak membutuhkan sejarah sastra, karena objek-objek karya sastra selalu ada, bersidat abadi  dan karenanya tidak mempunyai sejarah sama sekali




















Laporan Hasil diskusi
Dalam ruangan yang berukuran 7x10 meter tersebut menjadi saksi bisu dalam diskusi ini. Mahasiswa yang terdiri dari 80 orang dengan beberapa kelas sastra Ag.1, 2, 3, dan 4. Setiap kelas terdiri dari kurang lebih 20 mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang banyak dengan ruangan yang sempit menjadikan para mahasiswa berdesak-desakan. Namun, tidak menyurutkan niat para calon tokoh sastrawan dalam membahas materi kami yaitu Teori Kesusastraan oleh Rene Wellek dan Austen Warren.
Dalam diskusi ini, banyak menimbulkan beberapa controversial menjadikan kami kompeten dalam memahami apa yang sebenarnya yang terkadung dalam buku tersebut. Terjadi ketumpah tindihan sehingga dalam menjawab beberapa pertanyaan harus berhati-hati dan sesuai dengan apa yang sebanarnya dimaksud dalam buku tersebut.
Beberapa pertanyaan telah kami jawab dan hasilnya sangat baik menurut pandangan salah seorang dosen pembimbing yang memimpin jalannya diskusi tersebut. beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Salassinnai menanyakan tentang apa yang menjadikan karya sastra dengan seni rupa dan seni musik dianggap rumit.
2.      Sriwahyuni ningsih menanyakan apa perbedaan stylistic dalam structuralism literary approach dengan stylistic dalam teori sastra oleh Rene Wellek dan Austen Warren.
3.      Miskayanti menanyakan tentang apa yang menunjukkan bahwa karya sastra itu indah.

Kerumitan karya sastra dengan seni rupa dan seni musik sebagaimana ditanyakan oleh penanya pertama adalah terdapat pada setiap objek karya sastra tersebut. Keseluruhan karya sastra memiliki hubungan yang sangat erat. Namun disisi lain tidak dapat disatukan karena perbedaan beberapa objek dari masing-masing karya tersebut seperti karya seni rupa dan musik berupa patung dan musik memiliki objek yang berbeda. Sehingga menyulitkan para peneliti untuk meneliti objek tersebut.
Kemudian penanya kedua memahami gaya bahasa yang terdapat dalam setiap karya sastra memiliki stailistik yang berbeda. Stailistik dianggap sebagai sebuah pendekatan sehingga penting dari setiap gaya bahasa memiliki peranan penting dalam setiap karya sastra dalam memperindah bahasa yang digunakan seperti puisi. Pendekatan stailistik dalam strukturalisme kritik sastra adalah mengkaji retorika-retorika yang terdapat dalam karya sastra sedangkan karya sastra sebagai pendekatan dalam bukunya Rene Wellek dan Austen Warren mengkaji penggunaan bahasa. Wellek dan Warren lebih menekankan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan penggunaan bahasa dalam karya sastra. Bahasa sehari-hari mudah untuk dipahami sedangkan bahasa karya sastra sulit untuk dipahami tanpa ada analisa yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilihat dalam karya sastra puisi.
Kemudian keindahan karya sastra lanjut dari penanya ketiga timbul dari setiap indifidu. Keindahan tersebut ditentukan oleh isi yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Selain dari pada itu, untuk menilai karya sastra dapat dilihat dari segi fenomenologinya. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam menentukan bahwa sesuatu itu indah atau tidak. Indah ataupun tidaknya sesuatu itu dapat ditentukan dengan melihat latar belakangnya karena keindahan itu bersifat relatif. Sehingga setiap orang memiliki penilaian yang berbeda.

















Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kami yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Rene Wellek dan Austen Werren dalam buku Teori Kesusastraan menganut paham strukturalisme. Selain dari pada itu, buku ini mengutamakan pengkajian unsur instrinsik dan ekstrinsik karya sastra. Sehingga masalah di luar sastra pun menjadi bahasan dalam buku ini. Disamping itu, pengkajian dalam buku ini fokus terhadap satu karya sastra yaitu puisi meskipun karya sastra seperti novel, drama dan dan fiksi lainnya disebutkan akan tetapi sangat sedikit.
Kami melihat dalam buku ini, adanya ketidak konsistenan Rene Wellek dan Austen Warren menganut paham strukturalime. Banyak diantara para peneliti menjelaskan bahwa keduanya merupakan strukturalist yang seharusnya mengkaji unsur-unsur yang terkait dalam karya sastra. Unsur-unsur tersebut adalah unsur instrinsik. Unsur instrinsik merupakan bagian kajian pokok para strukturalist hanya fokus terhadap unsur-unsur instrinsik. Namun, dalam buku ini Rene Wellek dan Austen Warren juga mengkaji unsur-unsur lainnya di luar unsur instrinsik yang bukan merupakan kajian para strukturalist seperti, unsur ekstrinsik dan kajian lainnya. Sehingga kami menilai bahwa Rene Wellek dan Austen Warren tidak sepenuhnya orang-orang yang termasuk para penganut strukturalisme tetapi juga menganut paham-paham lain seperti paham formalism, sociology, marxis dan sebagainya.








Reference
Faruk, 2012. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Holub, C. Robert. 1984. Reception Theory A Critical Introduction. London and New York: Methuen.
Jabrohim, 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wellek, Rene dan Austine Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budiayanta dari Theory of literature (1968). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

TEORI MITOS



I.                   INTRODUCTION
Gayren Wilfred L (1979: 154) defined that the myth critic is concerned to seek out those mysterious elements that inform certain literary works, and that elicit, with almost uncanny force, dramatic and universal human reactions. An obviously close connection exists between mythological criticism and the psychological approach. The differences between the two approaches are those of degree and of affinities. Psychology tends to be experimental and diagnostic. It is closely related to biological science. Mythology tends to be speculative and philosophic. Its affinities are with religion, an anthropology and cultural history.
According to Alan (1954) myth is to be defined as a complex of stories –some no doubt fact, and some fantasy –which. For various reasons, human beings regard as demonstration of the inner meaning of the universe and of human life, also Winston (1946) explained that myth is fundamental the dramatic representation of our deepest instinctual life, of a primary awareness of man in the universe, capable of many configurations, upon which all particular opinions and attitudes depend.
Kegan paul (1953) also defined that myth is a direct metaphysical statement beyond science. It embodies in an articulated structure of symbol or narrative a vision or reality. It is a condensed account of man’s being and attempts to represent reality with structural fidelity, to indicate at a single stroke the salient and fundamental relations which for a man constitute reality.
As the definition above, we can conclude that myth is untrue story and become phenomenon in human culture because in a real world, myths never to colorful stories that tell about the origins of humans and the cosmos. Attitude toward myth vary greatly some regards it as a source a spiritual growth, while other see only falsehood. Some see in myth the distinct character of particular culture, while others see universe patter. For example in the circle of society, some people still believe with the something irrational that become hereditary culture.
II.                ANALYSIS
In this paper the writer analyzes about myths in the novel of Harry potter, they are:
a.       The sorcerer’s stone is an extraordinary stone with remarkable power, a legendary substance with astonishing powers.
One of the characters in Harry potter and the sorcerer’s stone is Nicholas flamel. He is the only known maker of the sorcerer’s stone. A character in Harry Potter and the sorcerer’s stone is Nicholas flamel. He is a Frenchmen. He was born in 1330, and would go on to marry Parnelle. The legend tells he would go on to discover the secret of alchemy, using the philosopher’s stone and came into great wealth and enjoy a long life. Allegedly, when his tomb was opened there was no body inside giving power to the rumor he had discovered the secret of eternal life. This is almost exactly how we are introduce to the characters in the philosopher’s stone.
“the ancient study of alchemy is concerned with making the sorcerer’s stone, a legendary substance with astonishing powers. The stone will transform any metal into puro gold. It also produces the elixir of life, which will make the drinker immoral. There have been many reports of the sorcerer’s stone over the centuries, but the only stone currently in existence be;ongs to Mr. flamel who celebrated his six hundred and sixty-fifth birthday last year, enjoy a quiet life in devon with his wife, prenelle.”
b.      A centaur is a combination of a man and a horse from Greek mythology.
Centaurs themselves are taking on an increasingly large role in the novels. They take on the traditional form of centaurs, being human beings in front, merging with the body and hind legs of a horse. Centaur is the creature in greek mythology that is the waist a man with red hair and beard, but below that was a horse’s gleaming chestnut body with a long, reddish tail.
c.       Fluffy is three headed dog that is guarding the trapdoor.
Fluffy is a three headed dog that is guarding the trapdoor. The three headed dog fluffy, whose role guarding the gates of hell in Greek myth and guarding the sorcerer’s stone in the first novel. Fluffy can be calm if listen music,
“and did he – did he seem interested in fluffy?”harry asked, trying to keep his voice calm.
“well --- yeah –how many three-headed dogs d’yeh meet, even around Hogwarts? So I told him, fluffy’s a piece o’ cake if yeh know how to calm him down. Jus’ play him a bit o’ music an’ he’ll go straight off ter sleep—“
d.      Animagus are notable because they are typically in human form.
An animagus is human who has learned to transform into animal and the character in the novel Harry Potter who becomes an animagus is Sirius Black. Originally a greek word, seirios, meaning “burning”, serious has become instrinsically linked with the canine species due to the prominent star in the constellation canine major. It is known also the myth of black shuckthe poet martin newell references the legend thus.
“Sirius and James transformed into such large animals”
“I could transform in my cell …become a dog”
e.       Werewolf is a creature that exists only for a brief period around the full moon.
Werewolf is a normal human, a person becomes a werewolf when bitten by werewolf and exists only for a brief period the full monn, in the novel harry Potter and prisoner of askaban, one of the characters who becomes wolf is Remus Lupin. Remus is taken from one of the two founders of Rome, brothers raised by a wolf, named Romulus and remus, the former eventually killing the latter. A minor point to note is that the mythical remus father was the god Mars in Greek mythology, mars was the god of war and the centaurs in Harry Potter are fixated on the movement of Mars in the novels.
“That’s where all of this starts – with my becoming a werewolf, none of this could have happened if I hadn’t been bitter…”
III.             CONCLUSION
Based on the analysis, the writer can conclude as follow:
1.      Myth is untrue story and become phenomenon in human culture because in a real world, myths never to colorful stories that tell about the origins of humans and the cosmos.
2.      Harry Potter is novel telling about magic world. The novel contained many meanings of philosophy and attracted emotion, the imagination and thought.
3.      In the novel Harry Potter, there are several myths such as the sorcerer’s stone, centaur, fluffy, animagus, and werewolf which were taken from variety of place in the world.

IV.             REFERENCES
Wilfred, Guerin. 1979. A Hand Book of Critical Approaches to Literature. Harper and Row: New York.
Yeniswari, andi. 2009. The analysis mythology in the novel Harry Potter by J.K. Rowling. English literature department adab faculty alauddin state Islamic university of Makassar: Makassar.
Rowling. JK. 1998. Harry Potter and the sorcerer’s stone. New York: scholastic.