TEORI
KESUSASTRAAN
Oleh
Rene Wellek dan Austin Warren
A.
Definisi dan batasan
·
Sastra
dan studi sastra
Sastra dan studi sastra yang dalam
hal ini dalam buku Rene Wellek dan Austene Warren menerangkan adanya perbedaan
dari keduanya. Sastra adalah sebuah kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Studi
sastra adalah cabang dari pada ilmu pengetahun. Namun, sastra juga dikatakan
sebagai cabang ilmu pengetahuan. Sehingga perbedaan dari keduanya nampak bahwa
studi sastra memiliki metode yang formal dan ilmiah, walau tidak selalu sama
dengan metode-metode ilmu alam. Bedanya hanya saja ilmu-ilmu alam berbeda
dengan tujuan ilmu-ilmu budaya. Ilmu-ilmu alam mempelajari fakta-fakta yang
berulang, sedangkan sejarah mengkaji fakta-fakta yang silih berganti. Karya
sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus, atau lebih
tepat lagi individual dan umum sekaligus. Studi sastra adalah sebuah cabang
ilmu pengetahuan yang berkembang terus-menerus.
·
Sifat-sifat sastra
Salah satu batasaan sastra adalah
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Nampaknya karya sastra paling tepat
diterapkan dalam seni sastra, yaitu sastra sebagai karya imajinatif. Sastra
termasuk ilmu multidisplin. Karena selain mengkaji tentang sejarah juga
mengkaji cabang ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu kedokteran, ekonomi, astronomi
dan lain sebagainya. Disamping itu, Bahasa adalah bahan baku dari sastra sebagai
medianya dan bahasa itu sendiri bukan benda mati seperti batu, melainkan
ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistic dari kelompok
pemakai bahasa tertentu. Bahasa ilmiah cenderung menyerupai sistem tanda
matematika atau logika simbolis. Sedangkan bahasa sastra penuh ambiguitas dan
homonym dengan kata lain adalah bahasa sastra sangat konotatif.
·
Fungsi sastra
Fungsi dan sifat sastra tidak dapat
dipisahkan. Fungsi puisi sesuai dengan sifat-sifatnya. Edgar Allan Poe
melontarkan sastra berfungsi menghibur dan sekaligus mengajarkan sesuatu.
Menurut sejumlah teoritikus, fungsi sastra adalah untuk membebaskan pembaca dan
penulisnya dari tekana emosi. Mengekspresikan emosi berarti melepaskan diri
dari emosi itu.
·
Teori,
kritik dan sejarah sastra
Dalam wilayah
studi sastra perlu ditarik perbedaan antara teori sastra, kritik sastra, dan
sejarah sastra. Yang pertama-tama perlu dipilah adalah perbedaan sudut pandang
yang mendasar. Antara teori, kritik, dan sejarah sastra tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Teori sastra adalah studi prinsip, kategori, dan criteria yang
ada pada satra itu sendiri. Kritik sastra adalah studi karya-karya konkret
(pendekatan statis). Dan sejarah sastra adalah mempelajari dan menyatukan
sejarah sastra masa kini dan masa lampau.
·
Sastra
umum, sastra bandingan dan sastra nasional
Istilah sastra bandingan dalam prakteknya menyangkut
bidang studi dan masalah lain. Pertama dipakai untuk studi sastra lisan, kedua
mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih, dan yang ketiga
sastra bandingan disamakan dengan studi sastra menyeluruh. Sastra bandingan
mempelajari hubungan dua kesusastraan atau lebih. Sastra umum mempelajari
gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Sastra nasional
menuntut penguasaan bahasa asing dan keberanian untuk menyisihkan rasa
kedaerahan yang sulit dihilangkan. Sastra nasional menuntut ppenguasaan bahasa
asing dan keberanian untuk menyisihkan rasa kedaerahan yang sulit dihilangkan.
B.
Penelitian pendahuluan
·
Memilih
dan menyusun naskah
Salah
satu kegiatan ilmuwan adalah mengumpulkan naskah yang akan dipelajarinya,
memulihkan dari dampak waktu, dan meneliti identitas pengarang, keaslian, dan
tahun penciptaan. Dan semua ini adalah kegiatan persiapan. Ada dua tingkat
kegiatan persiapan dalam memilih naskah : (1) Menyusun dan menyiapkan naskah,
(2) Menentukan urutan karya menurut waktu penciptaan, memeriksa keaslian,
memastikan pengarang naskah, meneliti karya kerja sama dan karya yang sudah
diperbaiki oleh pengarang atau penerbit. Dan ada 5 kegiatan dalam menyusun
naskah : (1) Menyusun naskah dan mengumpulkan naskah dalam bentuk manuskrip
atau cetakan (2) Membuat catalog atau keterangan bibliografi (3) Proses editing
(4) Proses menetapkan silsilah teks berbeda dengan kritik teks (5) koreksi teks.
C.
Studi sastra dengan pendekatan ekstrinsik
·
Sastra
dan Biografi
Penyebab
utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri yakni Sang Pengarang.
Biografi dapat dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius,
menelusuri perkembangan moral, mental, dan intelektualnya.Dan dapat juga
dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses
kreatif. Permasalahan penulis biografi adalah permasalahan sejarah. Penulis
biografi harus menginterpretasikan dokumen, surat, laporan saksi mata, ingatan,
dan pernyataan otbiografis.
·
Sastra
dan psykologi
Psikologi
sastra mempunyai empat kemungkinan. (1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe
atau studi pribadi. (2) Studi proses kreatif. (3) Studi tipe dan hukum-hukum
psikologi yang diterapkan pada karya sastra. (4) Mempelajari dampak sastra pada
pembaca. Kemungkinan (1) & (2) bagian dari psikologi seni. Kemungkinan (3)
berkaitan pada bidang sastra. Kemungkinan (4) pada bab sastra dan masyarakat.
Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang
melahirkan karya sastra pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang, yang
mana pada bagian akhir ini menurut mereka merupakan tahapan yang paling
kreatif.
·
Sastra
dan masyarakat
Sastra
menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan
social, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia.
Penyair adalah warga masyarakat yang mempunyai status khusus, maka dari itu dia
mendapat pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai masa-walaupun hanya
secara teoretis. Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat biasanya bertolak
dari frase De Bonald bahwa” sastra adalah ungkapan masyarakat “ (Literature is
an expression of society). Masalah kritik yang berbau penilaian bisa kita temukan
dengan menemukan hubungan yang nyata antara sastra dan masyarakat. Hubungan
yang bersifat deskriptif : (1) Sosiologi pengarang, profesi pengarang,
institusi sastra (2) Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat
dalam karya sastra itu sendiri (3) Permasalahan pembaca dan dampak social karya
sastra.
·
Sastra
dan pemikiran
Sastra
sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran yang
terbungkus dalam bentuk khusus. Sastra dianalisis untuk mengungkapkan
pemikiuran-pemikiran hebat. Karya sastra dapat dianggap sebagai dokumen sejarah
pemikiran dan filsafat, karena sejarah sastra sejajar dan mencerminkan sejarah
pemikiran.
D.
Studi sastra dengan pendekatan instrinsik
·
Sastra
dan seni
Keterkaitan sastra dan seni seperti
dikemukakan oleh Rene Wellek bahwa hubungan sastra dengan seni rupa dan seni
music sangat beragam dan rumit. Kadang-kadang puisi mendapat inspirasi dari
lukisan, patung, atau music. Karya seni seperti halya benda dan manusia sering
menjadi tema dan objek puisi. Hal ini sudah umum, dan tidak mengandung
permasalahan teoritis. Hadirnya sastra dapat menciptakan mood tersendiri bagi
pembacanya. Karena sastra tersebut terdiri dari pendekatan-pendekatan yang
signifikan. Nampaknya, pendekatan utama untuk membandingkan beberapa cabang
seni adalah analisis objek seni yang kongkret. Jadi, yang dilihat adalah
hubungan structural. Karena hanya dengan menentukan structural dapat diketahui
dari beberapa aspek yang berkaitan dengan terbentuknya karya sastra tersebut
yaitu unsur instrinsik
·
Modus
keberadaan karya sastra
Keberadaan karya sastra hanya dapat
diketahui melalui pertanyaan epistimologis. Karena keberadaannya yang bersifat
abstrak. Karya sastra muncul sebagai objek pengetahuan sui generis, yang
mempumyai status ontologis khusus. Karya sastra bukanlah benda nyata (patung),
psykologi (rasa sakit atau penglihatan), atau ideal (segi tiga). Karya sastra
adalah system norma dari konsep-konsep ideal yang intersubjectif. Konsep-konsep
itu berada dalam ideology kolektif dan berubah bersama ideology tersebut.
konsep-konsep itu hanya dapat dicapai melalui pengalaman mental perorangan yang
didasarkan pada struktur bunyi kalimatnya
·
Efoni,
irama dan matra
Karya sastra adalah urutan bunyi
yang menghasilkan makna. Pada sejumlah karya sastra, stratum bunyi memang
kadang-kadang kurang penting, bahkan pada sejumlah novel, tidak terlihat
fungsinya. Meskipun demikian, stratum
fonetik tetap merupakan prasyarat makna. Dari ketiga unsure tersebut sangat
berkaitan dengan karya sastra disamping harus dipelajari juga menunjang
terciptanya makna yang baik.
·
Gaya
dan stalistika
Bahasa adalah bahan mentah
sastrawan. Dapat dikatakan bahwa setiap karya sastra hanyalah seleksi beberapa
bagian dari suatu bahasa tertentu, seperti halnya patung dapat dianggap sebagai
sebongkah marmer yang dikikis sedikit bagian-bagiannya.
Studi bahasa sangat penting dalam studi puisi. Tetapi yang kita
maksudkan dengan studi bahasa disini adalah studi hal-hal yang biasanya
diabaikan dan disepelekan oleh ahli-ahli linguistic professional. Kecuali
sejumlah pengucapan yang diperlukan untuk sejarah matra dan rima.
Tentu saja stailistika tidak dapat
diterapkan dengan baik tanpa dasar linguistic yang kuat, karena salah satu
perhatian utamanya adalah kontras system bahasa karya sastra dengan penggunaan
bahasa pada zamannya. Tanpa pengetahuan untuk menentukan bahasa yang digunakan
dalam keseharian kita dan mana bahasa yang digunakan dalam sastra dan pengatahuan
tentang berbagai langgam social zamannya, stailistika bukan sekedar
impresionisme belaka. Asumsi bahwa kita sudah mengenal dengan baik. Perbedaan
antara bahasa sehari-hari dengan deviasi artistic pada periode awal
kesusastraan, saying sekali tidaklah berdasar. Kita masih harus mengadakan
penelitian yang lebih mendalam tentang stratifikasi ujaran pada masa lalu,
sebelum kita mendapatkan latar yang tepat untuk manila diksi pengarang atau
gerakan kesusastraan
·
Citra,
metafora, symbol, dan mitos
Pencitraan dalam psikologi merupakan
reproduksi mental, suatu ingatan masa lalu yang bersifat indrawi dan
berdasarkan persepsi dan tidak selalu bersifat visual. Pencitraan visual
merupakan pengindrian atau persepsi, tetapi juga mewakili atau mengacu kepada
sesuatu yang tidak nampak, sesuatu yang berada di dalam (inner).
Perbedaan yang terpenting antara symbol dengan metafora dan citra
adalah symbol secara terus menerus menampilkan dirinya. Suatu citra dapat dapat
dibangkitkan melalui sebuah metafora. Tetapi jika citra itu secara terus
menerus muncul sebagai perwujudan yang mewakili sesuatu, citra itu pun menjadi
symbol dan bahkan menjadi bagian dari system yang simbolis, yaitu system yang
mengandung mitos.
·
Sifat
dan ragam fiksi naratif
Salah satu sifat yang dikemukakan
oleh rene wellek pengarang buku tersebut adalah bersifat fiksi atau tidak
pasti. Dalam hal ini bahwa ilusi kenyataan dan kesan meyakinkan yang
ditampilkan kepada pembaca, tidak selalu merupakan kenyataan sehari-hari.
Kebanyakan dari cerita naratif hanya
bersumber dari sejarah yang berkaitan dengan waktu atau urutan waktu. Ada
beberapa ragam fiksi naratif seperti fable, romance, novel, drama. Kemudian
dari ragam fiksi naratif tersebut dikuatkan oleh beberapa struktur naratif
seperti alur, latar, penokohan, gaya bahasa.
·
Genre
sastra
Teori genre merupakan suatu prinsip
keteraturan sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu
atau tempat, tetapi berdasarkan pada tipe struktur atau susunan sastera
tertentu. Semua studi kritik sastra dan penilaian kritik sastra pasti
menyangkut pembahasan tentang structure-struktur semacam itu.
Genre harus dilihat sebagai pengelompokan karya sastra, yang secara
teoritis didasarkan pad bentuk luar (matra atau struktur tertentu) dan pada
bentuk dalam(sikap, nada, tujuan, dan yang lebih kasar, isi, dan khalayak
pembaca).
Secara umum, konsepsi kita terhadap
genre harus bertolak dari sisi formalistis. Kita sebaiknya membuat genre
berdasarkan jumlah suku kata atau bentuk daripada berdasarkan isi (misalnya novel
politik, atau novel tentang pekerja pabrik). Kita harus berpikir tentang jenis
sastra bukan klasifikasi isi yang juga bisa diterpkan pada karya nonfiksi.
Aristotle membagi karya sastra puisi atas epic, drama, dan lirik.
·
Penilaian
Kesimpulan dari Horace bahwa fungsi
sastra adalah hiburan dan ajaran atau main dan kerja atau nilai terminal dan
nilai instrumental atau seni dan propaganda, atau seni untuk seni dan seni
sebagai ritual masyarakat dan penyatu budaya.
Yang menentukan suatu karya sastra atau bukan sastra, bukanlah
unsure-unsurnya, tetapi bagaimana unsure-unsur itu disatukan dan berfungsi.
Dibakar oleh semangat yang menggebu-gebuh untuk memperbaiki pengertian sastra,
para pendukung aliran sastra murni mencap semua karya sastra yang memilki
unsure yang bekaitan dengan etika atau pemikiran social sebagai karya yang sok
menggurui.
·
Sejarah
sastra
Sepanjang sejarah belum ada yang
mampu membuat sejarah tentang sastra. Karena hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal yaitu; tidak konsisten dan sistematis; prasangkah bahwa sejarah
sastra tidak mungkin disusun; keseluruhan konsepsi perkembangan seni
sastra sedikit diragukan.
Tetapi teoritikus yang lain menolak
secara mentah-mentah bahwa sastra memiliki sejarah, W.P. mencoba membuktikan
misalnya bahwa kita tidak membutuhkan sejarah sastra, karena objek-objek karya
sastra selalu ada, bersidat abadi dan
karenanya tidak mempunyai sejarah sama sekali
Laporan Hasil diskusi
Dalam ruangan yang berukuran 7x10
meter tersebut menjadi saksi bisu dalam diskusi ini. Mahasiswa yang terdiri
dari 80 orang dengan beberapa kelas sastra Ag.1, 2, 3, dan 4. Setiap kelas
terdiri dari kurang lebih 20 mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang banyak dengan
ruangan yang sempit menjadikan para mahasiswa berdesak-desakan. Namun, tidak
menyurutkan niat para calon tokoh sastrawan dalam membahas materi kami yaitu Teori
Kesusastraan oleh Rene Wellek dan Austen Warren.
Dalam diskusi ini, banyak
menimbulkan beberapa controversial menjadikan kami kompeten dalam memahami apa
yang sebenarnya yang terkadung dalam buku tersebut. Terjadi ketumpah tindihan
sehingga dalam menjawab beberapa pertanyaan harus berhati-hati dan sesuai
dengan apa yang sebanarnya dimaksud dalam buku tersebut.
Beberapa pertanyaan telah kami jawab
dan hasilnya sangat baik menurut pandangan salah seorang dosen pembimbing yang
memimpin jalannya diskusi tersebut. beberapa pertanyaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Salassinnai
menanyakan tentang apa yang menjadikan karya sastra dengan seni rupa dan seni
musik dianggap rumit.
2.
Sriwahyuni
ningsih menanyakan apa perbedaan stylistic dalam structuralism literary
approach dengan stylistic dalam teori sastra oleh Rene Wellek dan Austen
Warren.
3.
Miskayanti
menanyakan tentang apa yang menunjukkan bahwa karya sastra itu indah.
Kerumitan karya sastra dengan seni
rupa dan seni musik sebagaimana ditanyakan oleh penanya pertama adalah terdapat
pada setiap objek karya sastra tersebut. Keseluruhan karya sastra memiliki
hubungan yang sangat erat. Namun disisi lain tidak dapat disatukan karena
perbedaan beberapa objek dari masing-masing karya tersebut seperti karya seni
rupa dan musik berupa patung dan musik memiliki objek yang berbeda. Sehingga
menyulitkan para peneliti untuk meneliti objek tersebut.
Kemudian penanya kedua memahami gaya
bahasa yang terdapat dalam setiap karya sastra memiliki stailistik yang
berbeda. Stailistik dianggap sebagai sebuah pendekatan sehingga penting dari
setiap gaya bahasa memiliki peranan penting dalam setiap karya sastra dalam
memperindah bahasa yang digunakan seperti puisi. Pendekatan stailistik dalam
strukturalisme kritik sastra adalah mengkaji retorika-retorika yang terdapat
dalam karya sastra sedangkan karya sastra sebagai pendekatan dalam bukunya Rene
Wellek dan Austen Warren mengkaji penggunaan bahasa. Wellek dan Warren lebih
menekankan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan penggunaan
bahasa dalam karya sastra. Bahasa sehari-hari mudah untuk dipahami sedangkan
bahasa karya sastra sulit untuk dipahami tanpa ada analisa yang berkelanjutan.
Hal ini dapat dilihat dalam karya sastra puisi.
Kemudian keindahan karya sastra
lanjut dari penanya ketiga timbul dari setiap indifidu. Keindahan tersebut
ditentukan oleh isi yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Selain dari
pada itu, untuk menilai karya sastra dapat dilihat dari segi fenomenologinya.
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dalam menentukan bahwa sesuatu itu
indah atau tidak. Indah ataupun tidaknya sesuatu itu dapat ditentukan dengan
melihat latar belakangnya karena keindahan itu bersifat relatif. Sehingga
setiap orang memiliki penilaian yang berbeda.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kami yang
telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Rene Wellek dan Austen
Werren dalam buku Teori Kesusastraan menganut paham strukturalisme.
Selain dari pada itu, buku ini mengutamakan pengkajian unsur instrinsik dan
ekstrinsik karya sastra. Sehingga masalah di luar sastra pun menjadi bahasan
dalam buku ini. Disamping itu, pengkajian dalam buku ini fokus terhadap satu
karya sastra yaitu puisi meskipun karya sastra seperti novel, drama dan dan
fiksi lainnya disebutkan akan tetapi sangat sedikit.
Kami melihat dalam buku ini, adanya
ketidak konsistenan Rene Wellek dan Austen Warren menganut paham strukturalime.
Banyak diantara para peneliti menjelaskan bahwa keduanya merupakan
strukturalist yang seharusnya mengkaji unsur-unsur yang terkait dalam karya
sastra. Unsur-unsur tersebut adalah unsur instrinsik. Unsur instrinsik
merupakan bagian kajian pokok para strukturalist hanya fokus terhadap
unsur-unsur instrinsik. Namun, dalam buku ini Rene Wellek dan Austen Warren juga
mengkaji unsur-unsur lainnya di luar unsur instrinsik yang bukan merupakan
kajian para strukturalist seperti, unsur ekstrinsik dan kajian lainnya.
Sehingga kami menilai bahwa Rene Wellek dan Austen Warren tidak sepenuhnya
orang-orang yang termasuk para penganut strukturalisme tetapi juga menganut
paham-paham lain seperti paham formalism, sociology, marxis dan sebagainya.
Reference
Faruk, 2012. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Holub, C. Robert. 1984. Reception Theory A Critical
Introduction. London and New York: Methuen.
Jabrohim, 2012. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Wellek, Rene dan Austine Warren.
1990. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budiayanta dari Theory of
literature (1968). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.