sejenak saya berpikir bahwa sudah sekian lama negeri kita harus mengenyam pendidikan yang lebih baik dari sebelumnya. Tentunya hal itu harus diawali dengan para pendidik yang berkualitas. Guru yang berkualitas bukan hanya Guru yang mampu dengan kepintaran tetapi juga memiliki iman yang baik. seorang guru yang baik tentu akan mendapat contoh kepada siswanya. kiprah seorang guru nampak jelas terlihat dari keperawakannya di saat ia berbicara dan memberikan bimbingan kepada siswanya. bukan hanya di dalam akan tetapi juga di luar kelas. jaman sekarang masih banyak yang membedakan kepribadian mereka di dalam kelas dengan di luar kelas. kadang-kadang jika di dalam kelas terkesan jaga image sedangkan di luar kelas, tak ada bedanya dengan siswa yang lainnya. hal inilah yang sepatutnya pemerintah ubah. saya terkesan dengan seorang dosen saya yang menyuruh mengantar tugas salah seorang teman kelas yang terlambat menyetor tugasnya. ketika itu teman saya sendiri yang berminat mengantar tugasnya, akan tetapi dosen tersebut menghalaunya. saya tidak tahu maksud dosen saya tersebut dan saya juga menganggap mungkin hanya kepribadiannya memang seperti itu. sehingga saat itu pula beliau mengamanahkan saya untuk mengantarkan tugas tersebut.
saat itu tepat pukul 10.10 menit di kantor kementerian pendidikan dan kebudayaan makassar. saya bertemu dengan dosen tersebut. mula-mula saya langsung ingin menyerahkan tugas teman saya kemudian pergi. namun ternyata berbeda dari apa yang saya harapkan. beliau mempersilahkan saya memasuki kantornya di salah satu ruang tamu kantor tersebut. beliau memberikan ceramah kepada saya tentang ilmu dan iman. dia menceritakan pengalaman seorang temannya yang berjenggot diwawancarai oleh seorang manager untuk diterima sebagai karyawan. konon katanya dia diterima bukan karena ilmunya akan tetapi karena imannya. alasannya memiliki jenggot hehehe. tentu itu bukanlah alasan utama. hal yang paling mengesankan adalah pintar tidak membutuhkan belajar keras. akan tetapi belajarlah yang dibarengi dengan keimanan. sungguh mulianya dosen saya ini memberikan pencerahan di pagi hari.
You'll my peace heart... get in my heart.... and promise me you will not hurt... my heart
Rabu, 23 Januari 2013
Minggu, 13 Januari 2013
contoh analisis karya sastra
ANALISIS NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA
ANANTA TOER
DENGAN MENGGUNAKAN KAJIAN POSKOLONIALISME
A. LATAR BELAKANG
Poskolonialisme
pada awalnya tercetus karena memiliki hubungan erat dengan posmodernisme dan
postrukturalisme. Posmodernisme sendiri merupakan era atau zaman sebagai
kontunuitas, sedangkan poststrukturalisme merupakan teori-teori yang digunakan
untuk menganalisis objek postmodern itu sendiri. Secara akademis
poskolonialisme banyak dipengaruhi oleh postrukturalisme yang merupakan teori atau
tradisi intelektual sekaligus kontinuitas ruang dan waktu dalam rentang
sejarah.
Postkolonialisme
menjadi kritik atas kerangka pikiran Barat yang mapan, superiorior, maju,
beradab terhadap dunia non-Barat yang terbelakang sehingga mesti diarahkan,
dicerahkan, diterjemahkan menurut standar humanisme Barat. Upaya pembaratan ini
dilakukan secara lembut, dari kurikulum pendidikan di sekolah hingga narasi
ekonomi-politik-globalisasi internasional oleh imperialisme.
Dengan
demikian, Pembongkaran bagaimana cara kerja imperialism terhadap Negara bagian
timur khususnya Negara-negara islam yang
kaya akan hasil buminya menjadi bukti akan hal ini. Hal tersebut menunjukkan
bagaimana membangun perilaku cultural dan epistimologis barat yang ingin terus
menguasai Negara yang kaya akan hasil buminya. Upaya tersebut menjadi kesadaran
bagi Negara-negara berkembang untuk bangkit melawan.
B. THESIS STATEMENT
Dalam
analisis ini, penulis akan mengkaji poskolonialsme yang terjadi dalam novel
“Bumi Manusia” yang ditulis oleh Pramoedya Ananta toer. Novel tersebut
mengisahkan berbagai macam konflik diantaranya pelarangan penerbitan karya
sastra karena dinilai tidak factual dan pertentangan kelas di tengah masyarakat
yang mengakibatkan terjadinya perbedaan ras dan bangsa. Dan terakhir adalah
konflik perkawinan silang atau campuran yang menyesahkan bagi rakyat pribumi.
C. SYNOPSIS
Sebelum
memperbincangkan kandungan isi cerita dari novel Pramodeya Ananta Toer terlebih
dahulu penulis menggambarkan sedikit dari cerita novel tersebut. Cerita dalam
Bumi Manusia diduga terjadi sekitar akhir abad ke-19 atau awal ke-20. Tokoh
utamanya diantaranya; Minke, Ontosoroh, dan Annelies. Minke adalah anak dari
seorang bupati. Atas dasar pendidikan barat yang diterima, ia menolak adat
istiadat jawa, tidak mau hidup di lingkungan keluarga, tidak tertarik pada
jabatan pegawai negeri, bahkan juga menolak untuk menjadi seorang bupati.
Ontosoroh waktu kecil bernama Sanikem, anak sastrotomo. Demi untuk memperoleh
jabatan bapak ontosoroh relah menjual anaknya sebagai gundik Herman Mellena,
pemilik perusahaan ternak sapi perah. Melalui perkawinan ontosoroh dengan
Herman Mellena, beliau di karuniai dua orang anak yang bernama Robert Mellena
dan Annelies. Annelies adalah gadis kreol, sangat cantik, lembut tetapi tangkas dalam bekerja. Meskipun lahir sebagai indo
tetapi ia lebih memihak pada pribumi. Annelies mengalami tekanan psikologis
sebagai akibat diperkosa oleh kakak kandungnya sendiri, yaitu Robert Mellena.
Nasib
malang menimpa Ontosoroh, sebagai akibat gugatan Mauris Mellena atas kekayaan
Herman Mellena. Ontosoroh dan minke berjuang sekuat tenaga, tetapi oleh karena
hukum lebih memihak pada Belanda, akhirnya perjuangan mereka pun gagal.
Kekayaan ontosorh dan Herman Mellena dikuasai oleh pemerintah kolonial. Annelies
juga dibawa ke Belanda dengan alasan perkawinannya dengan Minke tidak sah.
D. ANALYSIS
Karya-karya
Toer sangat menarik untuk diperbincangkan dengan alasan bahwa sebagai akibat
kekayaan informasi yang berhasil disampaikan, produktifitasnya, kontroversi sebagai
akibat keterlibatannya dalam organisasi Lekra sehingga selama beberapa
dasawarsa karya-karyanya dilarang beredar, tetapi kemudian menjadi karya-karya
terlaris karena perbalagai konflik yang disampaikan dapat terbaca yang
berkaitan dengan kolonialisme, nasionalisme, dan berbagai konf;ik yang lain
yang ditimbulkannya. Bumi Manusia dianggap sebagai Novel terkuat dalam
menampilkan pertikaian dimensi-dimensi kemanusiaan tersebut.
Terkait
dengan judul Novel tersebut, Bumi Manusia dimaksudkan untuk mempresentasikan
Bumi dan Manusia Indonesia, dengan pengertian bahwa yang dimaksudkan dengan
indonesia masih terbatas pada pulau Jawa dengan penduduk yang hanya berjumlah
17.000.000 jiwa dengan penduduk yang berbeda diantaranya orang-orang eropa,
cina. Di samping itu, hanya sebagian yang berhasil menjadi eropa, diakui oleh
ayahnya, sedangkan sebagian yang lainnya sebagai pribumi. Luas wilayah dengan
jumlah besarnya penduduk bukan jaminan bagi suatu kawasan untuk menjadi negara
berdaulat. Kolonialisme Eropa rata-rata merupakan negara-negara dengan jumlah
penduduk kecil dibandingkan dengan tanah-tanah jajahan yang dikuasainya. Maslah
utama yang berperan adalah sumber daya manuasianya. Kualitas inilkah yang
menjadi prioritas utama bagi bangsa eropa, dalam hubungan menguasai indonesia
selama tiga setengah abad. Toer menciptakan prototioe manuasia berkualitas
seperti ontosoroh, seorang perempuan yang berhati keras, displin dan pemberani.
Keberhasilannya diraih secara otodidak, tidak pernah mengenal bangku sekolah.
Sehingga ontosoroh terlukiskan dirinya sebagai seorang yang gigih mampu
menyelamatkan perusahaan suaminya yang terkenal di Surabaya. Seperti yang
diungkapkan oleh Magda Peter sebagai berikut.
“kalau ada barang seribu pribumi seperti dia
(ontosoroh) di hindia ini, Hindia Belanda ini, Minke, hindia Belanda ini, boleh
jadi gulung tikar. Mungkin aku berlebih-lebihan, tapi itu hanya kesan pertama.
Ingat, kesan pertama, betapa pun penting, belum tentu benar.”
Bumi
Manusia mengemukakan tentang pertentangan kelas sehingga dikhawatirkan akan
menggannggu kestabilan masyarakat. Tetapi perlu untuk diketahui bahwa yang
dimaksudkan bukan kelas antara komunis dan non komunis, kelas buruh dan pemilik
modal, kelompok elite dan nonelite sebagaimana telah diintroduksi oleh teori Marxis.
Bentuk kelas bermacam-macam, dan dengan sendirinya tidak ada masyarakat tanpa
kelas.
Masalah
utama yang diungkap dalam Bumi Manusia adalah perbedaan ras, bangsa, yaitu
barat dan timur, penjajah dan terjajah, eropa dan pribumi, kulit putih dan
kulit berwarna. Pada umumnya raslah, yaitu ras Arya yang dianggap sebagai ciri
utama superioritas bangsa barat. Ras juga menkondisikan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dengan perkembangan pesat yang terjadi sejak abad renaissance. Akan
tetapi juga ilmu pengetahuan digunakan pada jalan yang tidak benar sehingga
ilmu pengetahuan yang dimiliki hanya untuk menguasai bangsa lain, dengan
menciptakan model hubungan sebagai oposisi biner dengan konsekuensi selalu
menempatkan pihak lain sebagai inferior. Hal ini dilukiskan oleh Herman Mellena
dalam novel Bumi Manusia.
“kowe kira, kalo sudah pake pakean Eropa,
bersama orang eropa, bisa sedikit bicara Belanda lantas jadi eropa? Tetap
monyet!”
“tutup mulut!” bentak Nyai(ontosoroh) dalam
bahasa Belanda dengan suara berat dan kukuh. “iya tamuku.”
Masalah
terpenting dalam kaitannya dengan pelaksanaan pelarangan penerbitan adalah
pemahaman bahwa karya sastra bukanlah kenyataan yang sesungguhnya. Karya seni
adalah aktifitas kreatis imjinatif, kenyataan yang diciptakan, representasi
dari kenyataan itu sendiri. Dalam karya seni, bahkan sudah dianggap sebagai
doktrin, tidak ada kejadian yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang
sesungguhnya sebab segala sesuatu merupkan rekaan pengarang. Disinilah letak
kelemahan sekaligus kekurangan masyarakat kita, khususnya yang berada di luar
kompetensi sastra, menyamakan sastra dengan sejarah dan ilmu pengetahuan lain.
Dengan kalimat lain, belum bisa membedakan antara fakta dan fiksi. Bumi Manusia
didominasikan oleh perbedaan antara Barat dan Timur, bagaimana eropa dengan
peradabannya bermaksud untuk menguasai keseluruhan asset kekayaan tanah
jajahannya.
Gundik dan
indo merupakan masalah penting dalam sastra poskolonial. Konotasi gundik adalah
perempuan pribumi karena penjajah pada umumnya adalah laki-laki. Kesombongan
ras dan hokum formal seolah-olah melarang laki-laki eropa melakukan perkawinan
sah dengan pribumi sehingga hubungan berumah tangga semata-mata untuk memuaskan
kebutuhan biologis. Pengaranga melukiskan kedudukan gundik sudut pandang tokoh
kommer:
“tulisnya, perbuatan jaksa dan hakim itu
menghina semua golongan indo eropa yang berasal dari pergundikan dan pernyaian.
Anak-anak mereka, kalau diakui ayahnya, menjadi bukan pribumi. Tidak diakui
menjadi pribumi. Artinya, pribumi sama dengan anak gundik yang tidak diakui
sang ayah. Ia juga mengecam pengungkapan perkara pribadi. Kommer menilai jaksa
dan hakim itu tidak berbudi eropa, lebih buruk dari pengadilan pribumi yang
dilakukan wiroguno, atas diri pronocitro –barang dua ratus lima puluh tahunan
lalu. Minke, siapa mereka? Aku tak tahu.”
Salah satu
peninggalan konlonial adalah akibat-akibat kawin campur anatara belanda totok
dengan perempuan pribumi, yaitu Indo. Menjadi indo jelas menimbulkan
ambivalensi sekaligus mimikri. Ambivalesi sebagai akibat berpikir pada dua
sisi, orientasi belanda rotok, pada pihak ayah dan orientasi pribumi, pada
pihak ibu. Kelahiran sebagai indo melahirkan kesulitan dalam memperoleh
kewarganegaraan dan hak-hak atas hokum formal lainnya. Meskipun demikian, indo
menjadi idoman sebagai akibat percampuran darah yang pada umumnya memiliki
wajah tampan dan cantik. Hokum yang lebih memihak pada penjajah menghapuskan
hak perempuan pribumi sebagai ibu kandung, yang dengan sendirinya juga
mempersulit kedudukan masyarakat indo.
Toer
memiliki pandangan tersendiri mengenai kolonialisme. Menurutnya, kolonialisme
tidak terbatas pada bangsa belanda dan eropa, tetapi siapa saja yang ikut serta
bertindak, berbicara dan berpikiran sama seperti apa yang dilakukan oleh
belanda. Jadi pribumi yang berada di bawah pengaruh colonial sehingga
menyetujui segala sesuatu yang menjadi rencananya. Dalam kenyataannya mereka
pun memperoleh keuntungan, baik dalam bentuk material maupun kekuasaan.
E. KESIMPULAN
Dari
analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh kolonialisme pasca
kolonialisme menimbulkan konflik yang terjadi di tengah masyarakat pribumi.
Meskipun demikian Nampak jiwa-jiwa feminisme menentang akan adanya
penekanan-penekanan sekelompok kelas atas. Selain dari pada itu, yang dalam
kenyataannya mereka pun memperoleh keuntungan dari pasca koloni tersebut baik
dalam bentuk materi maupun non materi.
Langganan:
Postingan (Atom)